day 8: alphard

3.4K 499 64
                                    

minho seperti tidak lagi punya muka untuk bertemu jisung. image baik-baik dan mahasiswa terpelajar yang melekat di dirinya sekarang hanya sekedar bualan semata setelah kejadian malam kemarin. dia tidak enak, apalagi kalau sampai ketahuan bi eka. lebih parahnya ketahuan papa atau mamanya, mungkin dia akan ditampar saat itu juga.

sayangnya itu tidak terjadi. minho mengasumsikan bahwa jisung tidak mengadu kepada siapapun. seharian ini minho tidak melihat jisung berangkat sekolah, padahal dia sudah berpura-pura duduk di emperan villa dari jam 5 pagi. ternyata saat ditanya pada bi eka, jisung demam. anak itu harus tidur di kasurnya karena bi eka bilang bahwa suhu tubuh jisung cukup tinggi.

berbekal keberanian, akhirnya minho memilih untuk menjenguk jisung. hatinya terasa memberat saat menemukan tubuh kecil itu terbungkus dengan selimut tebal. wajahnya pucat sekali bagai tidak memiliki aliran darah.

"maafkan saya ji." gumam minho pelan. jemarinya menyugar hati-hati surai halus jisung yang lepek akibat keringat. untungnya remaja manis itu sama sekali tidak terganggu.

"saya bahkan belum minta maaf dengan baik, dan sekarang saya malah buat kamu jadi seperti ini."

"mhh,  j-jangan." bisikan lirih itu keluar dari bibir pucat jisung, tapi si manis tidak membuka matanya. minho sadar bahwa jisung sedang mengigau.

"jisung?"

"t-tolong jangan lagi." jisung masih terus meracau. bahkan saat ini air mata sudah keluar dari kelopaknya yang terpejam.

"jisungㅡ"

minho semakin panik saat merasakan tubuh itu bergerak tak nyaman. apa yang jisung mimpikan?

"j-jangan! hiks.." mata bulat itu terbuka cepat, menampilkan kelereng indah yang terlapisi kristal bening. napas jisung terlihat tersengal.

"hey? mimpi apa?" tanya minho lembut. jemarinya mengusap pipi hangat yang ada di bawahnya.

"m-mas minho." lengan kurus jisung langsung melingkar erat di leher yang lebih tua, menenggelamkan wajahnya ke dada minho guna mencari perlindungan.

"jisung mimpi buruk?"

tak ada jawaban. hanya suara sesegukan yang semakin keras keluar dari bibir jisung. dengan hati-hati minho melepaskan pelukan mereka. dia usap wajah lembab itu perlahan, "maafkan saya, ini semua salah saya." lalu minho mendekap tubuh berbalut selimut tersebut seerat yang dia bisa.

"mas minho," bisikan lirih dari jisung membuat minho mengadah.

"ya?"

"temani saya tidur, saya takut."

"tentu. tidur lagi ya, badanmu masih panas."

jisung mengangguk. badannya dia rapatkan kearah minho yang perlahan masuk ke dalam selimut. mereka berbagi kehangatan, abai dengan kejadian malam kemarin yang membuat hubungan mereka sempat memburuk. agaknya jisung sengaja tidak mengungkit masalah itu. dan sebenarnya pula, mimpi yang dia alami barusan adalah minho yang memaksa menciumnya, persis seperti malam itu.

 dan sebenarnya pula, mimpi yang dia alami barusan adalah minho yang memaksa menciumnya, persis seperti malam itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"den minho?"

suara panggilan yang tidak asing membangunkan dirinya yang sempat ketiduran.

"oh, bi eka?" minho melepas pelukannya pada pinggang jisung. pria tampan itu mengusap matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya.

"ada tamu diluar yang nyariin den minho. mohon keluar dulu den."

"iya, terimakasih bi."

bi eka tersenyum saat mendapati minho berbagi ranjang dengan jisung. sang wanita lalu mengangguk, berjalan mendahului minho yang menyusul dari belakang. saat sampai di ruang tamu, dia bisa melihat sosok wanita berbadan tinggi semampai tengah tersenyum cerah kearahnya.

"sayang!" wanita cantik itu memeluk tubuh minho yang masih mematung.

"yuna, kok bisa disini?"

"kok sambutannya gitu? aku bela-belain kesini loh. aku kan baru aja selesai uas, kamu lupa?" ah benar juga, padahal belum lama ini mereka membahas hal tersebut via chat.

"kalau gitu, selamat datang."

"um." wanita itu mengangguk semangat, "papa sama mama kamu mana?"

"kurang tau."

"oh," yuna melirik wanita yang berdiri di belakang minho, "bi ini tolong koper saya simpan di kamar. jangan sampai lecet."

bi eka hanya mengangguk, lalu menarik koper berwarna pink tersebut masuk kedalam.

"kamu nginep?"

"iya, aku udah chat mama kamu. dibolehin kok."

"yaudah. istirahat gih."

"nggak mau, mau kangen-kangenan sama kamu dulu."

"jadi gimana?" tanya minho setengah-setengah. entah kenapa dia mendadak tidak mood menghadapi yuna yang punya kebiasaan selalu menempel padanya seperti ini.

"minho sayang, kita kan udah lama banget nggak ketemuan selama kamu kuliah di jepang." yuna menatap wajah sang kekasih dengan pandangan seduktif. jemarinya merambat dari dada minho lalu perlahan naik menyentuh permukaan bibir sang pacar, "aku kangen ini." bisiknya di telinga minho.

"mau disini?"

"ya nggak lah." yuna menarik tangan minho, "makanya cari tempat sepi."

dan minho hanya bisa pasrah saat tangannya ditarik oleh sang kekasih.

dan minho hanya bisa pasrah saat tangannya ditarik oleh sang kekasih

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
candala | minsung ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora