day 13: wezen

3.6K 493 41
                                    

jisung terbangun dengan lenguhan dan rasa sakit yang menusuk di sekujur badan. saat melihat ke dinding, jam menunjukkan pukul 3 pagi kurang 10 menit. matanya mengerjab, mencoba membantu otak yang sedikit kesulitan mencerna ingatan tentang kejadian beberapa jam yang lalu. maka saat dia sadar sepenuhnya, jisung hanya bisa menghela napas dan menyesali perbuatannya di dalam hati.

"mas, mas minho." jisung menepuk pipi minho hingga pria itu mengerang.

"kenapa ji?" yang dipanggil bertanya dengan suara serak. pelukan pada pinggang sempit milik jisung dipererat.

"saya mau pindah ke kamar lain saja, takutnya nanti dilihat. kan ndak enak." cicitnya.

"serius? mau saya bantu?"

"ndak usah, mas tidur lagi saja. maaf sudah bangunin."

minho mengangguk. dia ikut mendudukkan diri sambil mengamati jisung yang nampak kesulitan memasang kembali celana trainingnya.

"ji," lengan jisung ditahan.

"dalem mas?"

"terimakasih," satu kecupan dalam dia berikan di bibir lembut jisung, lalu perlahan turun ke leher, mengecup jakun kecil si remaja manis.

"emh, y-ya."

"yakin nggak mau saya antarkan?"

"iya. jisung bisa senㅡakh! "

remaja bertubuh kurus itu terduduk kembali di kasur setelah percobaannya untuk berdiri. rasa ngilu yang menyerang bagian belakangnya membuat kedua manik jisung berkaca-kaca.

"kan sudah saya bilang."

"saya cuma butuh waktu sebentar." jisung menarik napas sekali, lalu kemudian berdiri lagi.

"habis ini kamu harus langsung istirahat."

"mas minho juga."

yang lebih dewasa mengangguk. setelah jisung menghilang dibalik pintu, minho kembali merebahkan tubuhnya. kantuk dan lelah seakan menghilang begitu saja tergantikan dengan berbagai pikiran yang mulai berkecamuk di dalam otak.

 kantuk dan lelah seakan menghilang begitu saja tergantikan dengan berbagai pikiran yang mulai berkecamuk di dalam otak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"buk'e?"

saat masuk ke kamar, jisung tidak menyangka akan menemukan sang ibu tengah terduduk di sisi kasur seraya menatap kosong kearah depan. jisung terheran mengapa ibunya tidak lantas tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

"kenapa buk'e ndak tidur?" tanya jisung lembut. dia mendekat dan hendak menyentuh jemari ibunya, namun tangan kecilnya justru ditepis kuat begitu saja.

"habis dari mana kamu?"

"anu, j-jisungㅡ" si kecil menggigit bibir. ucapannya berhenti karena terlalu takut untuk melanjutkan.

"jawab buk'e jisung niscala." suara dingin dan sarat akan nada kecewa itu membuat jantung si manis berdetak kuat.

apakah mungkinㅡ?

candala | minsung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang