day 12 (2): bellatrix

4K 508 188
                                    

[ ⚠warning: mature content | 18+ ]



•••
sebenarnya jisung merasa tidak enak sekaligus canggung kalau harus bertemu dengan minho secepat ini pasca kejadian ciuman kedua mereka malam itu. tapi nasi sudah menjadi bubur, terlanjur mengiyakan ucapan dari bunda membuat jisung mau tidak mau harus menghadap minho selepas makan malam.

untungnya di ketukan ke tiga minho membuka pintu. pria itu menunjukkan ekspresi kaget di awal. tapi secepat angin berhembus, secepat itu pula minho mengubah raut wajahnya menjadi datar. tentu saja jisung kikuk. dia mengekori yang lebih tua sebelum minho menyuruhnya duduk di ranjang.

"jadi?"

"uh, j-jadi apa mas?" tanya jisung bingung.

"jadi kenapa kamu kesini? ada perlu apa?"

"t-tadi disuruh bunda kesini, katanya buat nemenin mas." cicit jisung pelan. jemarinya sibuk memelintir ujung kemeja guna mengurangi rasa canggung.

"sebenarnya saya lebih butuh tidur sekaligus merenung, mungkin?" ujarnya ragu-ragu.

"kalau mas butuh teman cerita, jisung siap dengerin kok."

minho menatap intens manik lembut jisung, "kenapa? kenapa kamu bisa bicara seluwes ini seolah kamu lupa sama kejadian malam kemarin."

"lalu mas maunya bagaimana?" remaja 16 tahun itu menjawab cepat, "mas mau saya tanya kenapa mas dengan gampangnya cium saya sementara dua hari lagi mas mau tunangan sama mbak yuna? apa hak saya mas?"

jisung benci menjadi lemah. tapi terkadang keinginan tidak sejalan dengan apa yang dia rasakan. maka dari itulah kenapa menangis kerap kali jadi hal yang dia lakukan untuk meluapkan emosinya. benar, apa hak jisung? jisung bukan siapa-siapanya minho. mereka tidak memiliki status apapun selain orang yang baru kenal satu sama lain.

"saya nggak tau ji." minho merapat, jemarinya menangkup kedua pipi jisung untuk dia dongakkan, "saya heran kenapa saya bisa seberani itu cium kamu."

"bilang kalau mas ndak suka saya. biar saya bisa tenang, biar saya lupain perasaan saya ke mas, biar saya ndak gantungin harapan lagi buat mas minho."

"kamu punya perasaan ke saya?" tanya minho skeptis. matanya mencari kebohongan dalam manik cantik milik jisung, namun dia tidak menemukannya barang setitik.

"kata buk'e jisung ndak boleh bohong."

minho menjauhkan tangannya. menatap wajah jisung terlalu lama hanya membuatnya ingin mengklaim remaja imut itu dibawah kukungannya.

"kamu mau dengerin cerita saya?" tanya minho seraya menautkan kedua tangan dan menumpunya di paha.

"b-boleh."

"jadi papa saya sama papanya yuna itu sudah sahabatan dari sd. singkatnya mereka itu teman dekat, terlampau dekat malah. suatu hari papa sakit dan perusahaannya terbengkalai. lantas papanya yuna nyelametin perusahaan papa dari kebangkrutan. itulah kenapa papa ngerasa berhutang budi banget sama beliau. sampai suatu waktu mereka inget pernah bikin candaan waktu kuliah kalau nanti mereka punya anak, anaknya bakal mereka jodohkan, untuk mempererat persahabatan katanya."

minho merebahkan tubuhnya ke ranjang dengan menggunakan lengan sebagai bantalan.

"ㅡjadi saya sama yuna dikenalin waktu kami smp. sejak itu kami mulai dekat, dan pas sma kami pacaran. awalnya saya ngerasa nyaman, tapi lama-lama saya capek sama sifat posesifnya. dia juga cerewet dan blak-blakan." minho menghela napas, "ada kepikiran mau mutusin dia, tapi di lain sisi saya pun nggak rela karena saya masih sayang yuna. saya pun nggak mau buat papa kecewa. dan pertunangan ini buat rasa ragu saya makin menjadi-jadi."

candala | minsung ✔Where stories live. Discover now