day 10: vega

3.2K 515 46
                                    

hari ini jisung bisa pulang lebih cepat dikarenakan sekolah mereka akan mengadakan pameran besar dua hari mendatang. jadi setelah jam pelajaran pertama selesai, murid-murid diarahkan untuk membersihkan seluruh area sekolah. tepat jam 12 siang, kegiatan belajar mengajar resmi dibubarkan.

matahari bersinar sungguh terik, membuat siapapun mengeluh akan panasnya karena harus merelakan baju terasa lembab akibat keringat, termasuk jisung. remaja manis itu segera melepas seragam dan langsung mandi setelah sampai di villa karena tidak tahan akan seragamnya yang nyaris basah.

setelah selesai mandi jisung memilih untuk pergi ke dapur. perutnya sakit karena belum terisi apapun. dia tidak sempat sarapan di sekolah karena lupa membawa uang jajan. jisung lantas mencomot satu kue bolu yang ada di meja, mengunyahnya dengan lamat sambil duduk di kursi.

"tumben villanya sepi banget buk'e?" jisung bertanya seraya memperhatikan sang ibu yang tengah berkutat dengan sesuatu di counter dapur.

"iya. hari ini tuan sama nyonya balik ke kota. mau ngurusin pekerjaan sekaligus sesuatu katanya. terus pak basri ikut juga."

"mas minho ikut?"

"ndak." bi eka berbalik dan melangkah kearah jisung. satu tangannya memegang piring berisi buah-buahan segar seperti anggur, semangka yang sudah di potong, serta kelengkeng.

"tuh lagi di kolam renang bareng pacarnya."

jisung mendengus, "ngapain mereka? ndak punya malu ya berduaan begitu?"

"hush omongannya." bi eka mencubit lembut bibir kemerahan sang anak hingga menimbulkan ringisan pelan dari si pemilik bibir, "ngomongnya dijaga dek. kan sudah buk'e bilang jangan macem-macem sama mbak yuna."

oh, jadi namanya yuna.

"maaf." jisung menunduk.

"yasudah, buk'e mau mengantarkan ini dulu."

"nganterin kemana? kan ndak ada tamu?" jisung melirik heran ibunya yang sudah berdiri.

"itu tadi mbak yuna minta diantarkan buah-buahan."

"biar jisung saja. buk'e ndak usah repot-repot."

bi eka duduk kembali, "jisung yakin?"

"iya."

"sekalian ya." wanita cantik itu mengambil sirup yang sudah dicampur dengan air es dan menuangkannya dalam teko kecil. lalu piring berisi buah, teko, dan gelas disatukan diatas nampan.

"kamu kasihkan ini. setelah itu langsung balik ya, jangan ganggu den minho sama mbak yuna."

jisung tidak menjawab. remaja itu hanya mengambil nampan alumunium di depannya, setelah itu bergegas pergi tanpa sepatah katapun. tapi bi eka tau jelas bahwa saat ini jisung sedang dalam kondisi hati yang kurang baik.

 tapi bi eka tau jelas bahwa saat ini jisung sedang dalam kondisi hati yang kurang baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"permisi."

jisung meletakkan nampan yang dia bawa di meja kayu bundar yang ada di sisi kolam. sementara disampingnya ada kursi panjang yang diisi oleh seorang wanita cantik. itu yuna, wanita cantik itu hanya mengenakan tanktop serta hotpants. jisung yang melihatnya otomatis mendumel dalam hati, tidak henti menuduh bahwa wanita itu mungkin sengaja melakukannya untuk menggoda minho.

"eh, tuangin dong." yuna mengangkat kacamata hitamnya dan melirik jisung yang masih berdiri di sampingnya.

"mbak kan punya tangan, kenapa ndak nuangin sendiri?"

yuna berdesis, pandangannya menajam, "lo kok nggak sopan banget sih?! babu doang aja belagu."

"hey, kenapa ribut?"

suara dari arah depan mengalihkan atensi. jisung dan yuna sama-sama menoleh kearah minho. bagai bintang iklan, minho berdiri dengan keadaan tubuh basah hingga mempertontonkan absnya yang terbentuk sempurna, membiarkan sisa tetesan air turun perlahan melewati setiap inchi kulit minho.

"ini nih yang, masak suruh nuangin minuman aja nggak mau. dapet babu darimana sih? kerjanya nggak becus."

rasanya jisung ingin mencakar wajah mulus yuna. dia merasa sangat hina disebut sebagai seorang babu, seperti tidak ada panggilan lain yang lebih pantas saja.

"ya tinggal tuang sendiri kan bisa.
dan satu lagi, jisung itu bukan babu. dia udah kami anggap sebagai keluarga." minho mendekat lalu tersenyum tipis kearah jisung. namun jisung nampak masa bodoh, hatinya masih panas.

"yaelah. lo anaknya bibi itu kan? dia aja nggak protes pas gue suruh. masak lo sebagai anaknya banyak gaya banget? padahal sama-sama babu."

cukup. jisung sudah tidak sanggup menahan emosinya. tangannya mengepal erat, lalu dengan gerakan cepat jisung menuangkan jus ke dalam gelas hingga penuh. tak disangka setelahnya jisung langsung menyiramkan jus tersebut ke wajah yuna sampai membuat wajah hingga dada sang wanita basah.

"bangsat! apa yang lo lakuin?!"

"saya masih bisa terima mbak ngatain saya babu. tapi kalau sampai mbak bawa-bawa ibu saya, jangan harap saya diam. saya memang orang kecil, ndak punya kedudukan tinggi semacam mbak atau mas minho. tapi saya juga manusia yang bakal sakit hati jika ibunya dikatai." suaranya bergetar. jisung mati-matian menahan air matanya yang siap tumpah.

minho melirik yuna dan jisung bergantian. dia bingung harus melakukan apa. keduanya sama-sama salah. yuna yang berucap sembarangan dan jisung yang tidak bisa menahan diri hingga melakukan hal semacam tadi.

"sudah-sudah, kita bicarain baik-baik. kalian kan bukan bocah lagi." minho menengahi.

"kamu belain dia?!" tanya yuna tak percaya. tangannya sedari tadi masih sibuk mengibas tanktopnya yang basah.

"bukan kayak gitu. disini ada yang harus di luruskan."

"saya ndak akan minta maaf karena dia yang salah." ujar jisung tegas.

"ji," minho menahan lengan jisung, "kita harus bicara."

"bicara apa lagi?! mas tau ndak sakitnya hati saya saat ibu saya dikatai seperti itu?" air mata jisung sukses tumpah. kakinya terasa lemas, tidak sanggup menopang badan yang memang masih belum sembuh benar pasca demam.

"saya cuma mau kalian baikan. jangan sampai ada masalah disini. nggak enak juga dilihat yang lain." ucap minho tegas. cengkraman ditangannya mengerat sampai membuat jisung meringis pelan.

"l-lepas." lengan kecilnya jisung tarik paksa. untungnya minho sadar dan buru-buru melepas genggamannya.

"saya memang cuma numpang, kalau dibandingkan mbak yuna jelas saya ndak ada apa-apanya. tapi saya harap mas minho ndak berat sebelah dalam menilai sesuatu. saya permisi."

jisung segera pergi meninggalkan minho dan yuna yang masih diselimuti keterdiaman.

jisung segera pergi meninggalkan minho dan yuna yang masih diselimuti keterdiaman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
candala | minsung ✔Where stories live. Discover now