Tahanan Kota

429 74 369
                                    

kemisteriusan
yang paling dingin
dan gelap
bukan,
bukan semesta atau
dunia

adalah
manusia














Ada banyak ketidaktahuan. Di antara kenangan-kenangan yang menganga dan hampa, manusia, semesta, lara, dan senyuman. Barang menangis karena sebuah pelarian, tetapi tidak pernah sampai. Bahkan ujungnya pun tidak pernah terlihat. Walau rasanya ia sudah sangat jauh berlari, lelah sekali.

Di hatinya sedang ada penyakit. Penyakit yang sulit sekali disembuhkan. Bukan, bukan seperti pernyakit kanker atau jantung. Penyakit ini jauh lebih berbahaya. Adalah bagaimana cara semesta memberi manusia sebuah penerimaan, tetapi tidak pernah merasa cukup. Sampai-sampai harus berakhir di dosa yang tidak pernah ia aminkan, manusia hanya bisa terdiam. Pasrah karena ternyata dunianya tidaklah seindah yang ia kira.

Tapi ia tidak pernah berkata bahwa apa pun yang ada pada dunia adalah luka. Kadang-kadang, setelah kehilangan semesta suka memberi kejutan agar manusia tertawa. Itu adalah sisi baiknya. Di antara sekian banyak cara, ia selalu menghadirkan sebuah pertemuan yang baru. Cara yang sama. Pertemuan yang benar-benar asing, tetapi menyenangkan. Bisa tersenyum dengan orang yang bahkan terpikirkan akan datang menyapanya saja tidak, adalah hal baru.

"Lo mau bawa gue ke mana sih, Dim?"

"Udah, kamu tidak perlu banyak bicara, Zara. Ikut dan duduk manislah di atas jok motor legendaris ini."

"Itu motor siapa?"

"Ini motor temanku, Zara. Kamu tidak perlu khawatir. Aku boleh meminjamnya hari ini karena dia sedang sakit."

"Oh," jawab Zara seadanya.

Dima memberi Zara sebuah cengiran. Tapi gadis itu membuang mukanya. Lalu Dima meminta Zara untuk menunggunya sebentar memakai jaket dan helm. Sekilas Dima lihat tatapan gadis itu. Rasanya benar-benar dingin dan kosong. Kemudian ia tersenyum. Itu adalah bagian paling indah yang tidak bisa ia lupakan.

"Ya udah, ayo naik!"

"Ke atas motor butut ini?"

"Wah, kamu semabarangan, ya, kalau ngomong. Motor temanku ini antik, Zara. Bukan butut."

"Terserah lo, dah. Asal kagak mogok di tengah jalan, gue nggak masalah."

"Kalau begitu, bergegaslah Tuan Putri. Kuda besi ini sudah tidak sabar ditunggangi wanita cantik seperti perempuan bernama Zara walau dia sedikit galak."

"Alah, bacot lo."

Tidak pernah terpikirkan rasanya berboncengan seperti ini berkeliling kota. Karena ia adalah seorang narapidana yang terkekang oleh ketetapan paling menjijikan, sebuah ketetapan yang harus memaksanya tetap berada di bawah bayang-bayang manusia yang tidak tahu apa-apa. Bahkan mungkin tidak pernah ingin tahu apa-apa.

Zara tidak tahu, tetapi sepertinya ini adalah kenakalan pertamanya dalam riwayat hidupnya. Setelah lama terkekang, semesta, ini benar-benar menyenangkan. Setidaknya menjadi tahanan kota lebih baik daripada harus berdiam diri di dalam penjara yang memuakkan itu bersama bahasa-bahasa diktator yang memekakan telinga.

"Dima, lo mau bawa gue ke mana, sih?" tanya Zara.

"Katanya kamu mau tahu rasanya bolos kuliah itu kayak gimana?"

"Iya."

"Ya udah. Kita cari tempat yang buka rental PS 2."

"Kenapa harus ke sana?"

"Soalnya kalau anak SD mabal, pasti mereka pada pergi ke sana."

"Tapi gue bukan anak SD."

"Tapi kamu belum pernah bolos."

sudah, istirahatlahWhere stories live. Discover now