Epilog

261 39 76
                                    

Malam itu, di sebuah taman, sunyi sekali. Cakrawala seperti sedang tersenyum kepadanya. Dia atas sebuah pangkuan seorang wanita, ada seorang pria yang sedang terbaring menatap bintang-gemintang.

"Aku tidak tahu apa jadinya jika aku tidak berhasil menemukanmu."

"Semesta memang terlalu suka bercanda."

"Dulu, kita hanyalah sepasang manusia yang saling tidak memiliki."

"Kita hanya terlalu sering mengutuk."

"Terima kasih, Zara. Karena kamu sudah mau mencintaiku tanpa syarat."

"Mungkin, kalau bukan karenamu, aku juga tidak akan bisa menemukan kebebasanku, Dima."

"Pada akhirnya, kita bisa saling melengkapi."

"Aku tidak menyangka kalau aku akan hidup bersama manusia yang dulunya adalah orang paling bangsat."

Sepasang manusia itu pada akhirnya bisa tersenyum dengan lapang. Semesta sudah terlalu usil. Semesta sudah terlalu banyak mempermainkan rasa-rasa yang seharusnya sudah lama datang. Semesta sudah terlalu banyak menitipkan luka.

"Zara, jika aku tidak bertemu denganmu, mungkin sampai sekarang aku adalah salah satu dari manusia yang masih suka mengutuk."

"Dari dulu kerjaanmu memang hanya mengutuk, bukan?"

Dima tersenyum. Untuk kesekian kalinya, akhirnya semesta membiarkannya tersenyum dengan lapang.

"Zara ...."

"Iya?"

"Apa aku sudah boleh istirahat? Aku sudah terlalu lelah mengutuk semesta."

"Ya, Dima. Sudah, kamu sudah boleh beristirahat. Istirahatlah."

"Terima kasih, Zara. Tetaplah berada di sisiku."

"Kali ini, aku akan berjanji untuk berada di sampingmu."

"Aku mencintaimu."




-Selesai-


Pada akhirnya, Dima sudah bisa beristirahat. Terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti perjalanannya sampai selesai, kalian adalah orang orang yang hebat.

Aku harap, kalian bisa berbagi perasaan kalian di bab setelah ini ya:)

Pamit pulang ....

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
sudah, istirahatlahWhere stories live. Discover now