Chapter 3

1.5K 183 7
                                    

“Mimpi adalah manifestasi dari kenangan yang terlupakan di masa lalu.”

.

.

.

.

.


Tidurnya begitu lelap.

Jeno menggumam dalam hati. Duduk di tepi ranjang dan mengamati Jaemin. Dan dia nampak begitu polos, seperti anak kecil. Namja itu lalu mengangkat alisnya dan mengalihkan pandangannya ke bagian bawah tubuhnya dengan kesal.

Kalau memang baginya Jaemin seperti anak kecil, kenapa dia bisa terangsang seperti ini?

Jeno menatap Jaemin lagi dan menggeram kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Terlalu berbahaya berada di sini. Dia takut lupa diri dan menyerang Jaemin dalam tidurnya. Lalu menyesalinya. Dengan hati-hati, dilepaskannya pegangan jemari Jaemin di jemarinya, dan berdiri dari ranjang.

Dia lalu membungkuk untuk menyelimuti Jaemin. Wajah Jaemin begitu dekat dengannya, napasnya berembus ringan dan teratur. Dan Jeno tidak dapat menahan diri. Dikecupnya bibir Jaemin lembut. Sebelum kemudian melangkah pergi, meninggalkan kamar itu, meninggalkan Jaemin yang masih tertidur pulas.

♠♠♠

Pagi harinya Jaemin terbangun dengan kepala pening. Hujan sudah reda, tetapi masih menyisakan rintikannya yang membuat pagi hari ini gelap dan berkabut.

Setidaknya sudah tidak ada guntur...

Jaemin terduduk dan menyadari selimutnya melorot ke pinggang. Dia meraih selimut itu dan menaikkannya lagi ke dadanya karena hawa dingin langsung menyengatnya. Selimut itu tadinya terpasang rapi di tubuhnya.

Siapa yang telah menyelimutinya ketika tidur?

Ingatan Jaemin berputar, dan kemudian pipinya langsung terasa panas ketika mengingat kejadian kemarin malam, ketika dia menghambur ke dalam pelukan Jeno tanpa malu.

Oh ya ampun!

Dengan begitu saja dia memeluk Lee Jeno yang sangat angkuh dan terkenal galak itu - meski sekarang Jeno tidak pernah bersikap buruk padanya, tetap saja image itu melekat pada pembawaannya - Dan anehnya, Jeno tidak menolaknya.

Dia sangat ingat bahwa Jeno membalas pelukannya, menenangkannya, membawanya kembali ke ranjang dengan lembut dan menemaninya sampai dia tertidur…

Kenapa Jeno begitu baik kepadanya?

♠♠♠


“Kau takut dengan petir?”

Xiyeon menatap Jaemin sambil tersenyum geli, dia lalu menyesap cangkir cokelatnya berusaha menyembunyikan tawanya,

“Jaemin, hanya anak kecil yang takut dengan petir.”

“Yah, aku sebenarnya malu dengan ketakutan tidak wajarku itu.”

Jaemin tersenyum sambil menatap yeoja cantik di depannya. Oh astaga, Xiyeon memang benar-benar cantik. Kulitnya memang agak pucat, tetapi Xiyeon pernah cerita bahwa dia menderita sakit yang lama sehingga harus terus di dalam rumah.

“Sepertinya aku punya trauma masa lalu di waktu kecil.”

“Trauma apa?”

Sweet Enemy - Remake Nomin Vers -Where stories live. Discover now