Chapter 4

1.4K 173 0
                                    

“Tidak ada yang lebih berbahaya daripada seorang musuh yang berpura-pura manis di depanmu”

.

.

.

.




“Pulang sendirian lagi?”

Jaemin menoleh mendengar sapaan yang akrab itu. Dia mendapati Mark sedang bersandar pada mobil hitam legamnya, tersenyum menatapnya. Senyumnya lebar dan ramah, sama sekali tidak tampak kalau dia adalah penghancur yeoja seperti yang dikatakan oleh Jeno.

Kalaupun dia memang seorang penghancur yeoja, sepertinya sah-sah saja, Jaemin membatin, mengamati ketampanan Mark yang halus. Namja itu bisa dibilang sangat tampan sampai mendekati cantik. Matanya sendu tapi bening, seolah menarik siapapun yang tergoda untuk tenggelam bersamanya.

“Iya.”

Jaemin menjawab dan mengerutkan keningnya, apa yang dilakukan Mark sore-sore begini di depan kampusnya?

“Kau harus membiarkan supir pribadimu menjemput, sudah kubilang, berbahaya kalau seorang yeoja berjalan-jalan sendirian malam-malam, apalagi kampusmu terkenal sebagai kampus anak-anak kaya. Siapa tahu ada yang mengawasi dan mencari kesempatan, lalu melihatmu sedang jalan sendirian? Kau akan diculik.”

Mark mengulangi lagi peringatannya, sama seperti kemarin ketika berpapasan dengan Jaemin di jalan. Namja itu begitu serius dengan kata-katanya sehingga Jaemin merasa takut. Tetapi perkataan namja itu memang ada benarnya.

“Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?”

Mark mengangkat bahu dan tertawa,

“Mungkin aku sedang mengawasi kampus ini, mencari kesempatan kalau-kalau ada anak orang kaya berjalan sendirian yang bisa kuculik.”

Namja itu membuka pintu mobilnya,

“Mau masuk?”

Sejenak Jaemin ragu. Tetapi Mark tampak begitu tulus. Dan dia kan sahabat Jeno, meskipun Jeno sudah memperingatkannya tentang kebencian Mark kepada yeoja. Jaemin yakin dia bukan termasuk salah satu tipe yang Mark incar untuk dibuat patah hati.


♠♠♠


“Jeno bercerita kalau kau selalu mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolah, begitulah cara eomma Jeno menemukanmu, dengan penyaringan anak-anak cemerlang untuk mendapatkan beasiswa.”

Mark memulai percakapan, sambil menyetir mobilnya dengan tenang. Jaemin menganggukkan kepalanya,

“Ya, waktu itu perwakilan yayasan Nyonya Lee menemuiku dan menawarkan beasiswa, waktunya tepat sekali karena kondisi keuangan kami sedang sulit.”

Jaemin menatap Mark sambil tersenyum,

“Appaku seorang tukang bangunan, dan meskipun dia mengupayakan segala cara untuk menyekolahkanku, membiayai kuliahku akan terlalu berat untuknya.”

Mark menoleh sebentar dan menatap Jaemin dengan tatapannya yang bening.

“Lalu ayahmu meninggal ya? Aku turut berduka Jaemin.”

Suara itu benar-benar tulus sehingga Jaemin melemparkan senyum lembut kepada Mark.

“Ya, appa mengalami kecelakaan di tempatnya bekerja. Setelah appa meninggal, Nyonya Lee menawariku beasiswa sepenuhnya dan aku boleh tinggal di rumahnya, jadi di sinilah aku sekarang.”

Sweet Enemy - Remake Nomin Vers -Donde viven las historias. Descúbrelo ahora