Chapter 10

1.2K 141 8
                                    

"Orang yang menyimpan rencana jahat selalu bersembunyi di kegelapan, mengamatimu dalam diam."

.

.


.




Jaemin menatap yeoja itu yang sedang berdiri sambil tersenyum aneh kepadanya. Yeoja itu sangat cantik, tentu saja, meskipun sudah setengah baya. Pakaiannya berwarna merah mencolok dan dandanannya lumayan berani dengan warna-warna tak kalah terang.

Saat ini pengawal yeoja itu sudah memborgol tangannya di ranjang hingga Jaemin tidak bisa bergerak. Dia hanya diam tak berdaya di bawah tatapan yeoja itu.

"Kau tumbuh menjadi yeoja mungil yang cantik, Jaemin."

Yeoja itu tersenyum manis sambil mengawasi seluruh penampilan Jaemin. Sementara itu Jaemin mengernyitkan matanya,

kenapa yeoja itu mengetahui namanya?

Dan dari kata-katanya yang mengatakan bahwa Jaemin tumbuh menjadi yeoja yang cantik... Seolah-olah dia tahu tentang masa kecil Jaemin. Tetapi siapa dia? Jaemin bahkan tidak punya ingatan sama sekali tentang yeoja ini.

Kalau benar yeoja ini mengenal Jaemin di masa kecilnya, mungkin saja memang Jaemin tidak ingat. Jaemin melupakan semua kenangan tentang masa kecilnya, entah kenapa. Appanya juga tidak pernah menanyakan tentang itu, seolah ada tembok pembatas yang menutup antara Jaemin kecil dengan Jaemin yang sekarang, ingatan pertamanya di masa kecilnya adalah ketika Appanya membawanya ke rumah mereka yang sederhana. Sejak saat itu, di dunia ini hanya ada Jaemin dan Appanya. Appanya bilang mereka hanya tinggal berdua karena eommanya telah meninggal.

"Apakah kau mengenalku di masa kecilku?"

Jaemin menatap yeoja itu dengan berani,

"Kata-katamu seolah tahu bagaimana aku di waktu kecil."

Yeoja itu agak terkejut ketika mendengar pertanyaan Jaemin, dia lalu mengamati Jaemin dengan seksama

"Well... Kau tidak ingat masa kecilmu ya? Kau tidak ingat aku?" yeoja itu menggeleng-gelengkan kepalanya,

"Sungguh suatu kebetulan yang menguntungkan."

Apa maksud yeoja ini? Jaemin mengerutkan keningnya bingung.

Tetapi rupanya yeoja itu tidak ingin membantu menjelaskan kebingungannya, dia malah berdiri, masih dengan senyum manisnya.

"Mungkin lebih baik kalau kau tidak ingat siapa aku, aku jadi lebih leluasa," dikedipkannya sebelah matanya,

"Sementara kau bisa memanggilku Irene sampai kau ingat."

Lalu Irene pergi, meninggalkan Jaemin di kamar itu terkurung dan terborgol, tak bisa kemana-mana.


♠♠♠

Setelah menerima telepon dari orang yang meminta tebusan itu, Jeno menatap Mark yang duduk di depannya dengan tajam, polisi sedang berkumpul di sisi yang lain mencoba melacak telepon itu dan juga suara peneleponnya, sementara Xiyeon  tadi meminta izin untuk ke kamar mandi. Sementara itu Renjun ada di bandara untuk menjemput eomma Jeno yang sebentar lagi mendarat.

"Apa maksud kata-katamu tadi?"

Mark hanya melirik ke arah Jeno, lalu memalingkan mukanya,

"Bukan apa-apa."

"Kau bilang kalau Jaemin adalah adikmu."

Mata Mark menatap dengan tajam,

"Dia memang adikku."

"Bagaimana bisa?" Jeno memajukan tubuhnya,

"Kau berasal dari keluarga kaya, dan Jaemin..."

"Aku adalah anak angkat." Mark menjelaskan dengan dingin.

"Jaemin adalah adik kandungku. Ya, kalau kau bertanya, Sehun adalah ayahku, dari dialah aku menuruni bakat bermain biola. Kami dulu satu keluarga yang utuh, appaku, eommaku, aku dan Jaemin." tatapan Mark berubah penuh kebencian.

"Sampai kemudian appa menyelamatkan seorang anak kecil dan kariernya hancur... Dia tidak bisa bermain biola lagi, dan semua rencana masa depan keluarga kami musnah... eommaku meninggalkan appaku dan membawaku pergi, memisahkan aku dari Jaemin yang dibawa oleh appaku."

"Apa?"

wajah Jeno memucat mendengar penjelasan Mark, matanya masih bersinar tidak percaya,

Sweet Enemy - Remake Nomin Vers -Where stories live. Discover now