Chapter 6

1.3K 157 12
                                    

“Seorang anak adalah kumpulan butiran kasih sayang, dia hanya bisa membenci ketika dia tidak punya pilihan lain.”

.

.

.

.



Jaemin menatap earphone di tangannya dengan ragu. Diputarnya ipod mini itu, pemutar musiknya masih memainkan lagu yang sama, permainan biola yang pastinya dimainkan oleh Mark, ini adalah lagu yang dinyanyikan anak kecil itu dalam mimpi-mimpi yang sering sekali muncul akhir -akhir ini.

Apakah ini ada hubungannya ataukah hanya kebetulan semata?

Jaemin beranjak dari lantai dan melangkah duduk ke atas ranjang, dilipatnya selimutnya dan diletakkannya di dekatnya.

Semalam sangat mirip dengan mimpinya… Petir yang sama… Pelukan yang sama… Tetapi bagaimanapun Jaemin mencoba, dia tidak bisa mengingat siapa anak laki-laki itu dan kenapa dia memimpikan kejadian itu.

Jaemin melangkah ke kamar mandi, dan mandi. Dia melirik ke arah jam dinding. Ini waktunya Jeno sarapan, dia harus ke dapur mengambil makanan untuk Jeno…dan semoga dia bisa berbicara dengan Mark, menanyakan kebingungannya, semoga Mark punya jawaban untuknya…

♠♠♠


Jaemin membawa nampan berisi mangkuk sup daging dan telur serta kentang panggang. Lalu mengetuk pintu kamar Jeno sambil berusaha menyeimbangkan mangkuk itu di tangannya.

Jeno sendiri yang membukakan pintu kamarnya, namja itu tampak pucat, tetapi kondisinya sudah membaik. Jeno mengangkat alisnya melihat Jaemin, lalu meraih nampan makanan itu dari tangan Jaemin.

“Biarkan aku saja yang membawanya.”

Namja itu masih memakai piyama, dia melangkah masuk ke kamarnya dan meletakkan nampan itu di meja. Jaemin mengikuti masuk, lalu berdiri canggung di tengah ruangan kamar. Tidak ada orang lain di kamar itu, hanya ada Jeno.

“Kemana Mark?”

“Sudah pulang.”

“Duduklah Jaemin, kau sudah makan?”

“Aku sudah makan di bawah sana.”

Jaemin berusaha mengatasi kekecewaannya karena Mark sudah pulang, padahal tadi dia sangat berharap bisa mendapatkan keterangan dari Mark. Sekarang dia bahkan tidak bisa menghubungi Mark karena dia tidak punya nomor kontaknya. Yang bisa dia lakukan adalah menunggu Mark menemuinya.

“Bagaimana kondisimu?”

Jaemin bertanya kepada Jeno yang mulai mencicipi supnya.

“Lapar. Tetapi tidak bisa menikmati makanan, aku tidak bisa mencium aroma apapun.”

Jaemin tertawa, lalu duduk di kursi di depan Jeno.

“Tetapi kondisimu sudah jauh lebih baik. Kau sudah bisa berdiri, kemarin jangankan berdiri, bangun dari ranjang saja sepertinya kau kesakitan.”

Sweet Enemy - Remake Nomin Vers -Where stories live. Discover now