Chapter 9

1K 148 2
                                    

"Darah lebih kental daripada air............. benarkah?"

.

.

.

.


"Bagaimana mungkin kita bisa kehilangannya? dia ada di depan kita?"

Jeno mengacak rambutnya dengan frustrasi. Polisi sudah dihubungi dan mereka sudah memberikan keterangan. Jeno juga sudah mengerahkan seluruh pegawainya untuk membantu pencarian. Mereka sudah melakukan pelacakan kepada semua teman Jaemin dan tidak ada titik terang. Lagipula Jaemin tidak punya teman, dia hanya dekat dengan Xiyeon dan saat ini Xiyeon masih belum bisa dihubungi. Semua sudah dilakukan, tetapi Jaemin benar-benar tidak terlacak. Dia seperti lenyap di telan bumi tanpa sengaja.

Bagaimana kalau ada yang melukai Jaemin?

Jeno tiba-tiba merasakan ketakutan yang sangat dalam dari hatinya. 

Tidak! 

Dia tidak bisa kehilangan Jaemin... Entah kenapa di saat seperti ini, Jeno baru menyadari bahwa dia... Dia mungkin memiliki perasaan lebih kepada Jaemin.

Dan sekarang dia tidak tahu nasib Jaemin seperti apa dan dimana. 

Apa yang dilakukan penculik itu terhadapnya? Apakah mereka menginginkan uang? 

Kalau memang menginginkan uang, Jeno pasti akan memberikannya, berapapun itu, demi Jaemin.

Dengan cemas dia menatap ke arah pesawat telepon. Polisi tampak lalu lalang di mansion itu, menunggu. Ya mereka menunggu telepon yang meminta tebusan. Biasanya kasus-kasus seperti ini akan disusul dengan telepon yang meminta tebusan. Tetapi mereka sudah menunggu beberapa jam. Dan telepon itu tak kunjung tiba.

Jeno meringis, menahan nyeri yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Seluruh pikiran buruk berkecamuk di benaknya. 

Bagaimana... Bagaimana kalau ternyata para penculik itu tidak meminta uang tebusan? Bagaimana kalau yang diinginkan oleh penculik itu hanyalah mencelakai Jaemin?

Jeno tersentak ketika ada yang menepuk bahunya, dia menoleh dan mendapati Mark disana, namja itu tampak pucat pasi dan frustrasi seperti dirinya. 

Kenapa Mark juga tampak begitu cemas? Apakah... Apakah Mark juga mempunyai perasaan lebih kepada Jaemin?

"Xiyeon sudah bisa dihubungi."

Kata-kata Mark  itu membuat Jeno lupa dengan kecurigaannya kepada Mark, dia langsung berdiri, mendekati Mark yang memasang loudspeaker pada ponselnya.

"Halo?"

"Xiyeon ini Mark. Apakah mungkin Jaemin datang padamu atau menghubungimu?"

Suara Xiyeon tampak bingung,

"Tidak. Kami tidak bertemu hari ini. Bukankah Jaemin sedang pergi ke taman hiburan bersama Jeno?"

Sweet Enemy - Remake Nomin Vers -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang