Haruskah Menepi?

11.9K 1.8K 340
                                    

📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!

*
*
*
*
*








Jangan memaksakan diri, hatimu itu terluka dan butuh istirahat. Cobalah untuk menepi lalu menyudahi semuanya dengan perlahan.

• Aksara Adi Widjaya •

• Aksara Adi Widjaya •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 


Raheel berjalan cepat dengan sesekali menghembuskan napas kasar, menahan sebuah air mata dan sesak di dada yang entah keberapa dia rasakan akibat ulahnya sendiri. Berharap pada Satria.

Danish menatap adiknya berjalan ke arah pintu keluar, dia langsung menatap Vian dan Aice. “Sudah makannya?” si kembar mengangguk.

“Kakak bayar dulu setelah itu langsung menyusul Kak Raheel.” Danish beranjak dari duduknya, dia berjalan ke arah ruang Satria sebelum membayar tagihan makan.

“Mau kejar Raheel?” tanya Syifa dingin, Satria diam sembari mengepalkan tangan. Dia ingin marah, dia ingin berteriak, dan dia ingin mengejar Raheel.

Hubungannya dengan Syifa memang sangatlah penting, Satria ingin bisa halal bersama dengan gadis berambut panjang itu, dia ingin menjadi pemimpin rumah tangga dan imam dalam salatnya. Tapi Raheel, dia juga penting di hidup Satria.

Gadis itu penghibur dan penyemangatnya selama ini, jauh sebelum bertemu Syifa, Raheel yang selalu menjadi sosok penyemangat selain Mamih dan Papihnya.

Satria tidak mungkin menjauhi Raheel, dan Satria tidak mau rencana untuk menikahi Syifa gagal total, dia tidak mau impian itu pupus.

“Kamu penting di hidupku Syifa,” ucap Satria pelan,  Syifa diam.

“Raheel juga sama pentingnya, tapi tempat kalian di hatiku berbeda. Kamu yang akan tetap menang dalam segi apapun, dia hanya adik,” lanjutnya. Danish berdiri di ambang pintu, dia mendengar ucapan yang amat menyakitkan bagi Raheel itu. Laki-laki itu menghela napas kasar kemudian pergi.

Bodoh. Umpat Danish untuk Raheel, adiknya itu terlalu keras kepala dalam urusan cinta. Dulu Danish sudah cukup sering memperingati Raheel masalah hati, masalah cinta yang timbul sebelum halal.

Tapi Raheel tetaplah gadis keras kepala yang tidak akan mau menyerah begitu saja.

“Kembalilah bekerja Syifa. Tenangkan hati dan pikiranmu lalu bilang padaku kapan kamu siap untuk aku khitbah.”

Langit tampak mendung sore ini,  Raheel berjalan ke arah parkiran untuk mencari mobil milik Danish. Hatinya semakin bertambah kacau setiap hari, tidak bisa dielak lagi jika kini, lelah itu menyapa.

Langkah Juang [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now