Tentang Setelahnya

9.3K 1.5K 1K
                                    

📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!

*
*
*
*
*













لا يكثر همك ما قدر يكون

Janganlah kau bersedih, karena apa yang ditakdirkan pasti terjadi.

• Langkah Juang •

By Nadiapratama13















Harapan yang tidak akan pernah tercapai, sulit memang ketika harus menghadapi situasi seperti ini, lelah memang ketika harus kembali jatuh pada harapan yang tak sesuai dengan keinginan. Tapi kita sebagai Hamba-Nya, bisa apa jika selain bersabar?

Sebenarnya, kita tak perlu khawatir akan semua hal yang telah terjadi ataupun belum terjadi. Karena kata Allah, begini, “Apa yang ditakdirkan untukmu pasti akan sampai kepadamu. Dan apa yang ditakdirkan bukan untukmu maka tidak akan sampai kepadamu. Maka sibukkanlah dirimu kepada Tuhan mu dengan segala kewajiban yang telah ditetapkan kepadamu.”

Raheel menggosok telinganya yang terasa penging akibat dari ocehan Alisha yang sedari tadi tidak kunjung berhenti. Bagaimana Alisha mau berhenti mengoceh jika Raheel saja tidak kunjung bangkit dari rasa sakit hati.

Sudah dua minggu lebih Raheel mengurung diri di kamar, berhenti bersosialisasi pada lingkungan dan hanya titip absen pada Dita karena dia juga tidak mau berangkat kuliah.

“Bunda capek!  Kamu kaya gini terus!  Kaya orang kurang kerjaan tahu gak sih?!” oceh Alisha sembari menata pakaian milik Raheel di lemari sang putri.

“Kalau kamu mogok kuliah dan segala macam, bunda bakal datang ke rumah Pak  Samsudin!” Raheel membulatkan mata kala Bundanya menyebut nama tukang sayur langganan.

“Buat apa?” tanyanya.

“Bunda nikahin kamu sama anaknya.” Raheel diam, dia pernah mendengar cerita dari Mamihnya Satria bahwa anak Pak Samsudin itu memiliki gangguan otak. Alias idiot.
“Bunda mau punya mantu idiot? Jahat banget sama anak sendiri.” Raheel memasang wajah memelas.

Alisha menoleh ke arah Raheel.
“Dari pada punya mantu fakboy?!” jeda sekian detik.  “Dan, hitung-hitung kamu belajar bersyukur untuk menghadapi hidup,” lanjut Alisha.

Perempuan empat anak itu  menutup lemari pakaian Raheel dan berjalan ke arah ranjang Raheel. Duduk bersama putrinya di sana.

"Kamu tahu azab?" Raheel bungkam. Benar tebakannya, Bundanya kini telah benar-benar marah, pasti Raheel akan kembali mendapat ceramah VVIP dari sang Bunda.

Alisha menghela napas. "Dari dulu, Allah itu udah ingetin kamu tentang pedihnya pengharapan pada ciptaan-Nya. Tapi yang terjadi kamu malah tetap maju dan melawan takdir."

"Buk—sttt!"

Alisha menempelkan jari telunjuknya di bibir Raheel. "Bunda belum selesai bicara!" tegurnya. Raheel mengangguk dengan wajah cemberut.

"Kamu pasti sudah tahu bahwa berharap pada ciptaan-Nya, itu tidak akan pernah berbuah manis," lanjut Alisha.

"Cobalah untuk bangkit dari rasa sakit, sibukkan diri kamu dengan hal positif lain Heel. Hidup bukan hanya tentang jodoh dan cinta pada manusia. Belajarlah mencintai Allah lebih dalam lagi, dan belajarlah untuk ikhlas menerima takdir." tukas Alisha. Raheel mencerna ucapan sang Bunda, iya memang benar. Harusnya dia ikhlas atas semua yang telah terjadi dalam hidup.

Langkah Juang [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang