Pergi Untuk Kembali

9.5K 1.7K 924
                                    

📌Akan terbit akhir bulan Februari 2021
Siapin tabungan ya buat ikutan PO!

*
*
*
*
*



















Aku pikir melupakanmu adalah suatu hal yang mudah, mengingat kisah kita baru sebentar. Tapi nyatanya, kesan yang terukir sangat indah hingga akhirnya sulit melupa.

• Erlan Sebastian • 

• Erlan Sebastian • 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.









Satria mendadak menjadi pendiam setelah kejadian malam itu, hatinya semakin tidak tenang menjelang hari pernikahan. Dia sudah mengatakan satu hal jujur pada Raheel, dia pikir semua akan jauh lebih baik. Tapi justru sebaliknya.

Satria benar-benar tidak mampu untuk berkosentrasi, mengurus acara pernikahan yang tinggal menghitung hari saja dia tampak tidak bersemangat.

Otaknya dan hatinya dipenuhi rasa bersalah terhadap Raheel.

“Kalau ada yang kurang setuju dengan acara nanti. Kamu bisa bilang ke aku.” Syifa masuk ke dalam ruangan Satria. Membawa secangkir kopi hitam panas untuk calon suaminya. Satria menggeleng.

“Dari kemarin kamu kaya males gitu ngurus nikahan kita.” Gadis itu duduk di hadapan Satria, menaruh secangkir kopi di atas meja kerja.

“Kurang enak badan aja,” jawab Satria. Syifa mengangguk, mencoba percaya dengan jawaban calon suaminya.

Tidak mungkin jika Satria berkata jujur atas perasaannya pada Syifa.

Semakin dia jujur, maka semakin banyak hati yang tersakiti. Satria hanya berharap jika nanti, hatinya mampu pulih dan kembali menatap Syifa sebagai satu-satunya perempuan yang dia cintai setelah sang Mamih.

"Aku harap, kamu bakal setia sama aku." ucapan Syifa membuat Satria menatapnya instens.

"Maksud kamu?"

Syifa menghela napas pelan. "Sejak awal, kita sering bermasalah karena satu gadis. Aku tahu kamu. Cuma dia yang bisa bikin kamu jadi kaya gini, terpuruk gak jelas."

"Gak usah bawa-bawa Raheel!" tegas Satria.

"Tapi memang itu kenyataannya," balas Syifa. Satria bungkam.

"Ternyata pemenang yang sesungguhnya itu, Raheel. Bukan aku." setelah mengucap itu, Syifa keluar dari ruangan Satria.

Satria mengusap wajahnya kasar. Dia benar-benar sulit untuk berpikir jernih saat ini.

Sedangkan di dapur sana, Aksa tengah duduk sembari beristirahat. Dia tersenyum saat Raheel membalas pesan darinya.

Jijik gue kalau di tanya, lagi apa! Tanya yang lain kek!” Raheel tetaplah Raheel, juteknya tidak pernah hilang.

Langkah Juang [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now