Bagian 05 : 123456

5.6K 913 169
                                    

Chris terbangun karena suara tangis Jeongin tiba-tiba. Dia segera melangkah menuju kamar anaknya itu. Tapi, sebelum tiba di sana, tangis Jeongin sudah lebih dulu berhenti. Saat akhirnya tiba di ambang pintu kamar putranya, Chris tidak bisa menahan senyumnya melihat pemandangan di dalam sana.

Minho sedang menimang-nimang Jeongin, berusaha menidurkannya kembali, dengan tatapan teduh dan senyum manis di wajahnya.

Senyum Chris semakin terkembang seiring pikiran untuk menikahi Minho mampir di kepalanya.

"Eh, Mas kebangun juga?"

Chris seketika meninggalkan pikiran anehnya dan menoleh ke Minho yang bertanya. "Iya." jawabnya sebelum melangkah memasuki kamar Jeongin, masih dengan senyum di wajahnya.

"Duh, maaf aku ga cepet. Mas sampe ikut kebangun gini, deh."

"Saya harusnya yang minta maaf." Chris mengusap-usap kepala Jeongin, "Kamu 'kan tamu, tapi malah saya repotin gini."

"Mas kasih aku tempat tinggal seminggu ke depan aja, aku udah makasih banget. Aku numpang di sini, Mas, bukan tamu."

"Jangan gitu. Saya yang minta kamu sementara di sini. Kamu tamu saya, Minho."

Minho hanya tersenyum, lanjut menimang Jeongin sampai bayi itu kembali terlelap. Chris menunggu di sana, memerhatikan dengan senyuman, masih dengan tangan yang terulur untuk mengusapi kepala putranya.

Berhubung Chris masih di sini, Minho jadi teringat sesuatu. "Oh iya, Mas." dia merebahkan Jeongin di kasurnya sebelum beralih ke Chris, "Nanti aku ajak Ayen belanja, ya? Isi kulkas udah tipis banget."

"Boleh." Chris merogoh saku celananya, mengeluarkan dompetnya dari sana.

Minho hanya menatap bingung. Aneh saja melihat orang tidur menyakukan dompet begitu. "Mas bobo bawa dompet?"

"Kebiasaan." Chris tersenyum malu sambil menyerahkan sebuah kartu berwarna silver ke Minho, "Ini, pinnya satu-dua-tiga-empat-lima-enam."

Minho menerima kartu yang diberikan Chris sambil terkekeh, "Pinnya simpel banget."

Chris menggaruk tengkuknya, "Pelupa saya, No."

"Ga pa-pa, manusiawi, kok." Minho memerhatikan kartu di tangannya, "Ini aku pegang dulu ga pa-pa? Mas enak banget kasih pinnya. Kalo aku jahat, gimana coba?"

"Saya udah percayain Ayen sama kamu, No. Dia lebih berharga dari kartu itu."

Minho tersenyum mendengarnya. Dia menatap Chris lagi, "Ini aku belanja berapa? Nanti kelebihan lagi."

"Secukupnya aja. Kamu makan siang juga nanti, sekalian Ayen."

"Oke. Aku simpen ya, Mas." Minho menyakukan kartu itu. "Mas bobo lagi sana. Besok masih kerja, 'kan?" suruh Minho saat melihat Chris menguap. Lucu, mirip seperti Jeongin tadi.

"Iya. Kamu juga bobo lagi, ya? Masih tengah malem."

Minho mengangguk, "Iyaa. Ini mau bobo lagi." dia melangkah melewati Chris yang sepertinya masih ingin menghabiskan waktu di sini. "Duluan ya, Mas." pamitnya meninggalkan Chris dengan Jeongin.

Chris tersenyum sebelum melangkah perlahan menghampiri ranjang putranya. Dia memandangi bayi yang terlelap itu. "Ayen seneng ngga sama Kak Ino?" tanyanya yang tentu tidak dijawab Jeongin yang terlelap. Dia tersenyum lagi, "Dad kayaknya seneng sama dia."

"Ayen mau kalo dia jadi papanya Ayen?"

Jeongin tidak menjawab, hanya menggeliat lalu tersenyum, entah asyik memimpikan apa, membuat Chris terkekeh melihatnya.

✓ | Lego House +banginhoWhere stories live. Discover now