Bagian 02 : I Just Wanna Taste It Make It Hot

6.3K 989 124
                                    

Minho meletakan hasil masakannya di meja dan dibuat tersenyum melihatnya. Dia lalu melepas celemek yang terikat di pinggangnya dan mengembalikannya ke tempat semula. Setelahnya, dia beralih ke Jeongin yang sedang menikmati potongan buah yang Minho suguhkan sebelumnya.

Noda merah membasahi mulut sampai pipi Jeongin. Minho dibuat gemas melihatnya, "Ayen udah laper, ya? Semangat banget makannya. Tunggu sebentar, ya. Sebentar lagi Daddy pulang. Sini, Kak Ino lap dulu bibirnya."

Minho mengelap bibir Jeongin menggunakan celemek bayi yang melingkar di leher bayi itu. Dia tersenyum saat melihat bibir Jeongin kembali bersih sebelum membawa mangkuk kosong di depan Jeongin ke tempat cuci piring.

"Mamam mamam—!"

Minho melirik Jeongin sekilas. Bayi itu memukul-mukul mejanya sambil berceloteh tidak jelas. Tapi Minho paham. Jeongin lapar. Jadi dia terkekeh lalu membalas, "Sebentar ya, Ayen. Tunggu Daddy."

Panjang umur, suara mobil Chris terdengar dari depan rumah. Minho, yang sudah selesai dengan mangkuk Jeongin, mengelap tangannya sekilas sebelum menggendong Jeongin untuk menghampiri ayahnya.

Sebelum Minho membukakan pintu, Chris sudah lebih dulu membukanya dari luar, diiringi tatapan terkejut dan bingung. Sampai ayah satu anak itu mengingat sesuatu dan langsung tersenyum.

"Tuh, Daddy udah pulang."

"Dadada!!"

Chris meletakkan tasnya di lantai lalu mengambil alih Jeongin dari gendongan Minho. Dia lalu mulai bercanda dengan putranya itu.

"Aku udah buat makan malam. Mas mau makan sekarang?"

"Ayen mau makan sekarang?"

"Mamam!"

Chris tersenyum mendengar jawaban putranya. "Boleh, sekarang." dia beralih ke Minho dan mendapati yang lebih muda membawa tasnya, "Duh, tinggal di situ aja, No. Nanti saya yang balikin."

"Ga pa-pa. Tasnya aku taruh di kamar Mas, ya? Aku boleh masuk kamar Mas?"

"Iya, boleh. Makasih ya, No."

"Oke! Mas tunggu di meja makan, ya. Aku balikin ini dulu."

Chris hanya tersenyum untuk berterima kasih sebelum menuju meja makan dan mendapati cukup banyak menu tersaji di sana. Dia biasanya hanya memakan makanan instan, atau membeli makanan jadi di luar, sangat jarang memasak seperti ini.

"Apakah ini pertanda Dad akan rasain makanan rumah lagi??" tanyanya ke Jeongin, yang jelas tidak dijawab apa-apa. Chris hanya tersenyum dan mendudukkan Jeongin di kursinya. Dia lalu mengambil duduk di salah satu kursi dan memerhatikan setiap hidangan di hadapannya dengan tatapan lapar. Terlihat nikmat sekali.

Minho tiba beberapa saat setelahnya. Dia segera mengambilkan piring dan mengisinya untuk sang tuan rumah. "Mas juga udah laper, ya?" tanyanya dengan senyuman sebelum meletakan sepiring penuh makanan di hadapan Chris.

Chris hanya tersenyum malu dan berterima kasih. Dia mulai menyantap makanannya sampai menyadari sesuatu, "Minho?"

Minho meletakan semangkuk bubur di hadapan Jeongin lebih dulu sebelum menyahut, "Ya?"

"Ini pedes?"

"Iya." Minho sadar jelas ada yang salah saat mendapati wajah Chris memerah hebat begitu, "Mas.. ga makan pedes..?" tanyanya ragu.

"Makan," Chris masih mencerna makanan di mulutnya, "tapi ini pedes banget." dia menelan kasar sebelum buru-buru menegak air putihnya sampai habis. Chris mengkipasi lidahnya yang terasa panas.

"Ya ampun! Mas, maaf aku ga tau." Minho kembali menuangkan air putih ke gelas Chris, "Tadi cabe yang di kulkas aku habisin semua soalnya udah mulai layu. Ini diminum lagi." Minho menyodorkan segelas air untuk Chris sebelum melihat sekitar, barangkali ada yang bisa dia gunakan untuk membantu mengipasi Chris. Dia melihat robekan kardus di ruang tengah, sepertinya robekan dari dus mainan Jeongin. Minho segera mengambilnya dan menggunakannya untuk mengipasi Chris.

"Duh, No. Pantes pedes banget. Kamu makan aja duluan, sini saya kipas sendiri." Chris mengambil alih potongan kardus di tangan Minho agar orang itu bisa makan. Namun, bukannya makan, Minho malah menatap Chris khawatir dan penuh rasa bersalah. Chris tersenyum, berusaha meyakinkan, "Ga pa-pa, Minho. Kamu makan dulu, ya? Nanti saya makan pelan-pelan."

"Mas ga usah makan ga pa-pa, kok! Aku masakin yang baru, ya?" Minho memanyunkan bibirnya, "Aku ga tau Mas Chris ga kuat pedes. Maaf ya, Mas. Aku masakin yang baru dulu sebentar." dia bangkit, hendak kembali ke dapur tadinya, tapi Chris menahan tangannya.

"Eh, ga usah! Ga pa-pa, saya makan ini aja. Udah dimasakin gini, masa ga dimakan? Saya bisa tahan, kok! Asal makannya pelan-pelan aja."

Minho menatap Chris tidak tega. Bagaimana mungkin Mas Chris bisa tahan? Baru makan sesuap saja keringatnya sudah mengucur deras begitu.

"Aku masakin yang baru aja, deh. Nanti perut Mas sakit lagi."

"Ngga, Minho." Chris memberi tatapan meyakinkan. "Saya makan ini aja, ga pa-pa. Sekalian belajar kuat pedes. Kamu duduk dong, kita makan bareng. Punya Ayen udah mau abis, tuh."

Minho melirik mangkuk makanan Jeongin yang sudah hampir kosong. Bayi itu cepat juga makannya, ya meski banyak buburnya yang berserakan di sekitar bibir sampai kursinya. Jeongin masih asyik mengemuti sendok makannya yang kosong, membuat Minho tersenyum melihatnya.

"Yuk, kita makan."

Minho menatap Chris sekali lagi. Haaahhh, Mas Chris tidak boleh memberikan tatapan begitu dong. Minho kan tidak bisa menolak. Dia akhirnya mengangguk kecil dan kembali duduk.

"Jangan dipaksa kalo ga kuat ya, Mas?"

"Iyaa, Minho. Makasih makanannya!"

×××

Chris keluar kamar mandi sambil mengusapi perutnya. Ini sudah keempat kalinya, dalam malam ini, Chris keluar kamar mandi. Jujur, perutnya perih, tapi dia serius tidak bisa membiarkan masakan Minho begitu saja. Maksudnya, Minho sudah bersusah payah memasak untuknya, tentu rasanya kurang ajar kalau Chris tidak memakannya.

Tapi, serius sih, Minho lucu sekali saat khawatir tadi. Lebih tepatnya, Minho terlihat manis sekali tadi. Tatapan khawatirnya, bibirnya yang memanyun begitu. Hahahaha, menggemaskan sekali.

Heh. Kenapa Chris tiba-tiba memikirkan itu? Kurang ajar sekali. Bagaimana jika Minho sudah punya kekasih, coba? Berarti Chris memikirkan kekasih orang. Dan itu bukan hal yang patut dilakukan duda beranak satu sepertinya.

Pikirannya teralihkan saat nyeri di perutnya kembali menyerang. Chris kembali memasuki kamar mandi seraya berharap ini terakhir kalinya dia ke kamar mandi malam ini.

###

✓ | Lego House +banginhoWhere stories live. Discover now