Bagian 01 : Bayi Sepuluh Bulan

8K 1K 112
                                    

Minho hanya melangkah kecil mengikuti Chris yang berjalan lebih dulu di depannya. Jangan lupakan tas selempang yang tergantung di bahunya. Dia juga sempat sesekali melihat sekitaran rumah Chris yang terlihat bersih dan segar. Iya, dia akhirnya menerima tawaran Chris kemarin dan memutuskan untuk tinggal sementara di rumah ini. Barangkali, dia bisa membantu Chris menjaga bayinya atau mungkin membersihkan rumah, 'kan? Agar tidak terlalu merepotkan.

Sampai di ruang tengah, Minho tersenyum saat mendapati banyak mainan yang berceceran di lantai. Dia tidak mengharapkan yang lebih baik. Sebagai orang tua tunggal yang harus mengurus anaknya dan melakukan semua pekerjaan sendirian, Mas Chris pasti kesusahan untuk meluangkan waktu, bahkan hanya untuk membersihkan rumahnya.

"Maaf ya, berantakan gini. Saya belum sempat beresin."

"Ga pa-pa, Mas. Santai aja."

Keduanya lanjut melangkah sampai tiba di depan sebuah pintu.

"Ini kamarnya, yang akan kamu tempati seminggu ke depan. Di depannya ada kamar saya, yang itu kamar Jeongin." ujar Chris memperkenalkan sambil menunjuk pintu-pintu kamar yang ada di sana bergantian.

Begini posisinya. Kamar yang akan Minho tempati bersebrangan dengan kamar Chris. Sementara kamar Jeongin ada di samping kamar Chris.

Minho mengangguk paham, "Oke, Mas. Makasih sekali lagi, ya."

"Sip. Sama-sama. Langsung masuk aja ya, No. Saya mau nidurin dia habis itu bersihin ruang tengah dulu." pamit Chris, menunjukan Jeongin yang tertidur di pelukannya sebelum beranjak dari sana menuju kamar Jeongin.

Minho masih diam di tempatnya sampai Chris memasuki kamar Jeongin. Setelahnya, dia memasuki kamar yang akan ditempatinya seminggu ke depan. Kamarnya tidak terlalu besar, sih. Hanya ada kasur untuk dua orang di tengah ruangan, juga meja rias dan lemari di pinggirannya. Ada jendela kecil juga di salah satu sudutnya. Well, bukan tempat yang buruk untuk bermalam.

×××

"Minho, saya berangkat kerja dulu. Udah hampir telat. Saya titip Jeongin, ya. Duluan, Minho."

Dengan begitu, tinggalah Minho dan Jeongin di rumah berduaan. Jelas saja Mas Chris sudah hampir telat. Orang itu saja baru selesai membereskan rumah saat jam menunjukan pukul sembilan. Dan, yang Minho tau, Mas Chris mulai bekerja sekitar jam setengah sepuluhan. Pasti Minho memakan waktu Mas Chris terlalu banyak tadi. Dia jadi merasa tidak enak.

Minho menghela nafas, berusaha menghilangkan rasa tidak enak yang kembali menghantui pikirannya. Dia harus melakukan sesuatu, paling tidak agar rasa tidak enaknya tidak terus hinggap.

Minho memutuskan untuk berkeliling rumah, ingin membiasakan diri dengan rumah ini. Dia memasuki setiap sudut rumah kecuali kamar Mas Chris. Minho harus menghargai privasi orang yang memberikan tumpangan padanya, 'kan?

Minho juga membuka laci-laci yang ada di dapur, yang mana dia hanya menemukan beberapa sisa bahan makanan. Tidak banyak, tapi mungkin cukup untuk makan mereka dua hari ke depan. Ada juga mie instan khusus bayi yang, wow, Minho bahkan tidak tau kalau mie semacam ini ada di pasaran. Ada beberapa bungkus camilan bayi juga. Sepertinya, Mas Chris lebih banyak menyetok makanan untuk Jeongin daripada untuk dirinya sendiri.

Minho meregangkan tubuhnya sebelum mengambil duduk di kursi makan. Dia melihat sekitar sekali lagi, benar-benar tidak ada yang bisa dia lakukan di sini. Jeongin juga masih tertidur. Akhirnya, Minho memilih untuk memainkan ponselnya.

Ada satu pesan dari rekan kerjanya yang mengatakan; Minho minta cuti seminggu langsung diapprov sama HRD. Asik banget.

Benar. Karena rumah direnovasi, Minho mengajukan cuti kerja untuk seminggu ke depan, sekalian menghabiskan sisa cutinya tengah tahun ini. Dengan begini juga, dia jadi bisa fokus menjaga Jeongin seminggu ke depan, 'kan?

Minho membalaskan pesan rekannya itu dengan menyuruhnya untuk bekerja lebih rajin supaya pihak HRD mau berbaik hati padanya. Setelahnya, Minho mematikan ponselnya karena mendengar suara tangis Jeongin dari kamar. Dia segera melangkah menuju kamar Jeongin dan mendapati bayi itu sudah terbangun dari tidurnya dan sedang merengek. Dia membawa bayi Jeongin ke dalam gendongannya, berusaha menenangkannya.

"Ululu, si adek udah bangun, ya? Laper, Dek? Yuk-yuk, kita keluar."

Minho tentu masih ingat pesan Mas Chris sebelum berangkat tadi. Kata Mas Chris, setelah Jeongin bangun, tolong buatkan susu untuk bayi itu, lalu Minho diminta untuk mengajak Jeongin bermain di luar.

Sepertinya, Minho perlu membaca banyak artikel tentang bayi agar dia bisa menjaga Jeongin dengan baik.

×××

"Ayen udah bisa berdiri belum?" tanya Minho yang hanya dijawab tatapan bingung oleh Jeongin yang sedang asyik menikmati susunya.

Minho tersenyum melihatnya. "Biasa aja dong, makannya. Ga Kak Ino ambil kok!" ujarnya sambil membersihkan tetesan susu yang membasahi sudut bibir Jeongin.

"Ayen umur berapa, ya? Apa tanya ke Mas Chris aja? Tapi dia lagi kerja, kalo aku ganggu, gimana?" monolog Minho sambil menatap ponselnya ragu. Dia sempat berpikir sekilas sebelum akhirnya menyambar ponselnya dan membuka kolom obrolannya dengan Mas Chris. Minho menekan tombol memanggil yang ada di kanan atas layar ponselnya. Kalau mengirim pesan, Minho takut pesannya tidak terbaca dan akan lama dibalasnya.

Baru dering ke dua, Mas Chris sudah mengangkat telfon Minho. Minho sedikit terkejut, diresponnya cepat sekali.

"Halo, No? Kenapa?"

"Itu, aku mau tanya, Ayen usia berapa?"

"Sepuluh bulan. Emangnya kenapa, No?"

"Oooh, sepuluh bulan. Aku mau cari artikel buat jagain Ayen. Takut salah. Hehehehe."

Minho dapat mendengar Chris terkekeh di ujung sana. "Kirain kenapa. Ayennya udah bangun?"

"Udah. Udah aku kasih susu juga, kayak yang Mas bilang tadi."

"Sip, deh. Makasih ya, No. Kamu mau makan malam pake apa? Biar saya beli sekalian nanti."

"Eh?" Minho tentu dibuat bingung. "Ga usah, Mas. Aku masak aja."

"Emang ada bahannya di rumah?"

"Ada, kok! Cukup buat aku olah."

"Oke, deh. Tolong buat dua porsi ya, No. Nanti saya makan di rumah."

"Siap, Mas!"

"Ya udah, saya lanjut kerja dulu. Titip Ayen, ya. Saya tutup telfonnya."

"Iya, Mas. Semangat kerjanya!"

Chris terkekeh dan berterima kasih sebelum menutup panggilannya. Minho hanya tersenyum mendengarnya. Dia melirik Jeongin sekilas lalu kembali memainkan ponselnya.

"Ba-yi sepuluh bu-lan." dikte Minho, mengetikkan kalimat yang diucapkannya pada kolom pencarian. Terlihat lingkaran berputar sekilas sebelum muncul banyak pilihan artikel di layar ponsel Minho. Dia memilih artikel yang muncul di paling atas.

Minho membacanya dengan serius. Mencatat semuanya dengan baik di dalam kepalanya sambil sesekali melirik Jeongin yang masih asyik dengan botol susunya. Dia tersenyum bangga setelah selesai membaca seluruh artikel.

"Sip, deh! Ayen jadi anak baik, ya! Nanti kita belajar bareng-bareng."

Jeongin hanya menatap bingung sebelum ikut tersenyum karena melihat senyum bahagia Minho.

###

✓ | Lego House +banginhoWhere stories live. Discover now