Enam belas

3K 502 150
                                    

Hallo semuanya

Aku sengaja tulis ini di atas agar kalian baca, kalo aku tulis di bawah bakalan jarang ada yang baca. Karena menurutku info ini cukup penting.

Aku sangat menghargai bagi kalian yang udah nyempetin vote dan komen. Tapi, jika komen itu ga sopan, udah di luar permintaan aku. Gini guys, aku nulis cerita itu memang karena aku suka, dan komen-komen dari kalian yang bisa buat mood aku bagus buat nulis.

Tapi, untuk komentar yang kurang sopan aku rasa itu cukup menganggu. Jadi aku akhir-akhir ini blok akun-akun yang bagiku komennya kurang sopan. Ini kusus yang komennya ga sopan ya guys, bukan yang kasih kritik atau lainnya. Karena untuk kritik dan saran, aku sangat terbuka. Aku malah seneng ada yang peduli sama cerita ini.

Tapi komen yang ga sopan, udah beda cerita lagi.

Jadi, untuk pembaca yang baik. Aku harap kalian bisa memfilter perkataan kalian di kolom komentar. Dan ini bukan hanya berlaku untuk cerita yang aku buat aja, tapi semua cerita. Karena menghargai karya orang itu penting guys ❤

Happy Reading

***
Natya hanya bisa berdiam diri mengamati Zayn yang sibuk membereskan barang-barangnya. Bukannya dirinya kejam membiarkan laki-laki itu beres-beres sendirian, hanya saja Zayn memang melarang Natya untuk membantunya.

Rasa lega menyelimuti hati Natya, setelah tiga hari dirinya di kurung di ruangan serba putih ini, akhirnya dirinya bisa pulang juga. Disini benar-benar tidak menyenangkan. Natya hanya bisa makan makanan yang terasa hambar. Apalagi Zayn sangat mengawasi dirinya. Jadi, Natya tidak bisa sembunyi-sembuyi untuk memesan makanan lainnya.

Natya merasa kasihan melihat Zayn yang terlihat kelelahan. Laki-laki itu tidak pernah absen untuk menjaganya, dan kini ditambah harus membereskan barang-barangnya. Meskipun ini juga kesalahan Zayn sendiri. Natya hanya di rawat selama tiga hari, dan Zayn malah membawa dua koper besar yang berisikan barang-barang yang tidak penting. Emang dikira lagi liburan apa.

"Nah, udah beres semua."

Natya bangkit, dan bertepatan dengan Fabian yang baru saja datang.

Zayn memutar bola matanya malas. Giliran semuanya udah selesai. Sekertaris kesayangannya itu malah baru datang.

"Bagus banget ya kamu, udah selesai beres-beres malah baru dateng."

"Maaf, Pak."

Zayn mengangguk. Lagian masalah seperti ini tidak perlu diperpanjang. Terlebih Fabian adalah sekertaris kesayangan Zayn.

Pandangan Zayn beralih pada Natya. Zayn mengamati gadis itu dari atas sampai bawah. Zayn memikirkan cara bagaimana membawa gadis itu keluar tanpa ketahuan. Zayn tidak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi.

"Ayo, Kak. Kan fabian juga udah dateng."

"Eits, tunggu dulu. Kalau kamu keluar dengan kondisi seperti ini bakalan ketahuan. Apa kepala kamu di tutupin kresek aja ya?"

"Aku kan udah pakek masker sama topi, ya ga bakal ketahuan lah."

"Itu mah ga aman. Tapi, kresek kayak ya udah ga aman, udah basi. Mobilnya di masukin kedalem sini bisa ga sih?"

"Ya mana bisa sih, Kak!"

Kalau niatnya pengen hancurin rumah sakit ini sih bisa-bisa aja.

"Apa kamu masuk ke koper aja ya?"

Natya melotot. Siapapun yang ada disini, tolong selamatkan otak laki-laki itu. Natya tahu tubuhnya memang kecil, tapi ga masuk kedalam koper juga dong.

Trapped in youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang