Duapuluh dua

2.7K 459 193
                                    

Ternyata, tidak ada yang bisa menentang sikap keras kelapa Qira. Meskipun Zayn telah menjelaskan semuanya, wanita itu tetap pada keputusannya. Bagi Qira, apapun alasannya Zayn telah mengecewakannya.

Sejak semalam, mereka bertiga memang tidak beranjak dari unit Zayn. Bagi Zyan, sikap orang tuanya sudah keterlaluan. Setelah merampas ponsel milik kembarannya, orang tuanya juga tak memberi ijin Zayn untuk keluar. Alhasil, sejak kepergian Natya semalam, Zayn tidak keluar dari kamarnya.

Zyan benar-benar tidak tahan dengan kondisi seperti ini. Zyan paling tidak suka jika hal buruk menimpa saudara kembarnya. Zyan harus berbicara kepada Papanya, hanya beliaulah harapan satu-satunya.

"Mau sampai kapan Papa diem kayak gini?"

Zyan tau, jika Papanya tidak setuju dengan keputusan Mamanya. Tapi, kenapa Arkan tetap bungkam.

"Tidak ada yang bisa mengubah keputusan Mama kamu."

Arkan memijat kepalanya pusing. Dia tidak tau harus berbuat apalagi. Arkan tidak bisa menentang keputusan istrinya. Karena itu sama saja dengan petaka.

"Papa selalu seperti ini, terlalu takut sama Mama. Sampai saat Mama membuat keputusan yang salah pun, Papa tetap diam."

"Zyan!"

"Memang selama ini Zayn kurang nurut apa sih sana kalian?! Ini ga adil! Kenapa ketika aku yang berbuat salah kalian diam dan memaklumi. Sedangkan Zayn, dia hanya membuat satu kesalahan. Dan kalian menghukumnya seperti ini!"

"Ini semua demi kebaikan Zayn."

"Apa membuat neraka di kehidupan anak kalian adalah hal yang baik?"

Arkan bungkam. Perkataan Zyan sangat menusuk hatinya. Tidak ada yang salah dari perkataan anaknya itu. Istrinya memang telah bersikap tidak adil, ke egoisan menguasai istrinya. Yang lebih Arkan sesali adalah dirinya tidak melakukan apapun.

Untuk pertama kalinya Arkan melihat perubahan dari Zayn. Anaknya yang selalu ceria berubah menjadi murung. Semenjak kepergian gadis itu, anaknya tidak membuka suara. Terlebih saat istrinya merampas ponsel anaknya. Zayn hanya menatap kosong dan mengurung dirinya sendiri di kamar.

Selamanan Zayn tidak makan. Terbukti dari tak sedikitpun makanan yang dia taruh di meja tersentuh oleh Zayn. Arkan tidak hanya menghawatirkan mental anaknya, tapi juga tubuh Zayn. Zayn akan sakit jika terus-menerus seperti ini.

"Papa akan coba bicara sama Mama kamu."

"Pokoknya aku ga akan terima, kalau sampai terjadi apa-apa sama Zayn."

Zayn melangkah pergi. Saat dia berbalik, ternyata ada Mamanya yang pastinya sudah mendengarkan percakapan mereka.

Zyan mendekati Mamanya, matanya menatap rasa kecewa kepada orang yang telah melahirkannya itu.

"Selamat. Mama menghancurkan hidup anak Mama sendiri."

Selepas kepergian Zyan, Qira menitihkan air matanya. Zyan benar, dirinya telah bersikap egois. Dia terlalu membedakan antara Zyan dan Zayn.

Melihat Zayn seperti ini, membuat dirinya hancur. Qira merasa telah gagal menjadi ibu yang baik terhadap anak-anaknya.

***

Zyan memasuki kamar Zayn, melihat saudara kembarnya menatap kosong keluar jendela. Meskipun Zayn itu berisik dan sedikit menyebalkan, namun Zyan sangat menyayangi kembarannya itu.

Zyan merindukan ocehan tidak bermutu kembarannya. Lebih baik Zayn bersikap aneh, dari pada harus diam seperti patung.

Zyan semakin merasa bersalah. Karenanya Zayn hidup seperti ini. Karena ulah yang selalu dia membuat, membuat Zayn hidup dengan penuh tekanan. Orang tuanya terlalu menaruh harapan yang tinggi, agar Zayn tidak bersikap sepertinya.

Trapped in youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang