Duapuluh empat

2.5K 454 63
                                    

Sakit rasanya melihat orang yang kita sayangi terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit. Belum lagi, ditambahnya fakta yang tak pernah terduga sebelumnya. Gadis yang masih berusia sembilan belas tahun, harus menerima beban yang begitu berat.

Disini, ketiga orang tersebut memandangngi gadis itu dengan ekspresi sedih. Ya, mereka adalah Zayn dan kedua orang tua Natya.

Memang sudah waktunya bagi orang tua Natya bertemu dengan putrinya. Setelah berbulan-bulan menghilang, kini akhirnya mereka bisa melihat Natya didepan mereka, meskipun dengan kondisi seperti ini.

Zayn juga telah menceritakan semuanya, perihal alasan menghilangnya Natya. Dan betapa bejatnya kelakuan Dirta dan Naina.

Berbicara soal Dirta dan Naina, Zyan sudah memanggil polisi untuk menangkap mereka. Meskipun tidak berhasil melenyapkan Dirta dan Naina, setidaknya penjara bisa menghukum perbuatan mereka.

"Saya sangat berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan putri saya. Saya tidak menyangka, Dirta dan Naina tega melakukan hal seperti itu kepada Natya."

Adyan sangat terpukul mendengar ulah kedua anaknya. Dia tak menyangka, anak yang dia besarkan bersama istrinya memiliki sikap yang begitu buruk. Terlebih Dini, dia lebih terpukul lagi. Selema ini Dina mempercayai kedua anaknya itu, namun nyatanya mereka lah yang menyelakai putri bungsunya.

Dini, wanita itu tak henti-hentinya menangis sambil mengenggam jemari putrinya. Putri kecilnya mengalami nasib yang begitu mengenaskan. Dini merasa bersalah, sebagai seorang Ibu dia tidak bisa melakukan apapun.

"Saya juga minta maaf karena tidak memberitahu lebih awal. Karena semua ini, atas permintaan Natya."

"Saya malah sangat berterima kasih, karena selama ini kamu telah menjaga Natya. Maaf, jika Natya sering merepotkan kamu."

"Natya sama sekali tidak merepotkan, dia anak yang baik."

Iya, Natya ga ngerepotin cuma kadang ngeselin aja. Nelfon Zayn berulang kali dan bikin panik, dan ternyata cuma karena tikus misalnya.

"Orang tua kamu sudah menceritakan semuanya, tentang hubungan kamu dengan Natya."

Zayn hanya membalas perkataan Adyan dengan senyuman. Jaga image gitu ceritanya. Padahal aslinya jantungnya dag dig dug ser, di tanyain sama calon mertua. Ga mungkin kan Zayn memperlihatkan tingakah aslinya, yang ada langsung di coret jadi calon mantu.

"Kamu itu anak yang baik. Kita semua sudah tau bagimana kondisi Natya. Penyakit yang diderita Natya bukan penyakit yang main-main. Jadi, kalau kamu mau meninggalkan Natya, saya akan maklumi itu."

Zayn mendongak, matanya bertemu dengan mata Adyan. Bukan perkataan seperti ini yang Zayn harapkan. Zayn, tak pernah mempermasalahkan penyakit Natya. Ini sama sekali bukan halangan baginya untuk menikahi gadis itu.

"Setelah Natya sadar--izinkan saya untuk melamar Natya."

Kini, bukan hanya Adyan yang di buat terkejut dengan perkataan Zayn, namun Dini juga sama. Bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang mau menikahi putri mereka dengan kondisi seperti ini.

"Saya tidak mau kamu menikahi anak saya hanya karena belas kasihan."

Dini akhirnya bersuara. Sebagai seorang Ibu, wajar baginya mengkhawatirkan kehidupan putrinya. Dini tidak ingin hanya karena penyakit ini, Zayn merasa kasihan dan tetap melanjutkan hubungannya dengan Natya.

"Istri saya benar. Kamu pikirkan baik-baik keputusan kamu."

"Kalau niat saya meninggalkan Natya, seharusnya sejak awal saya melarang orang tua saya untuk memberitahu Om dan Tante, tentang hubungan saya dengan Natya. Saya bisa saja pergi dan menganggap semuanya tidak terjadi. Tapi, nyatanya saya tetap disini. Dan, saya tidak pernah mau menjalankan hubungan yang dilandasi rasa kasihan. Menurut saya, pernikahan tidak sebercanda ini. Saya tidak naif, untuk apa saya menikah hanya karena belas kasihan. Saya tidak mau menghancurkan hidup saya untuk hal seperti itu. Disini, saya tulus mencintai Natya, terlepas dari kelebihan atau kekurangannya."

Trapped in youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang