chapter 3

3.9K 238 11
                                    

.
.
.
Bukankah indah memiliki keluarga utuh?, aku pun memiliki keluarga tetapi mereka keliru dalam menafsirkan rasa sayangnya.
-Vian
.
.
.
.

Pulang sekolah Vian diantarkan oleh Amar sampai kerumahnya menggunakan mobil Daniel, sedangkan motor Vian dibawa oleh Daniel yang mengekor dari belakang.

Diperjalanan tidak banyak percakapan yang Vian maupun Amar tidak ada yang mau membuka pembicaraan, sesekali desissan pelan terdengar keluar dari mulut Vian.

Sejak masuk mobil Vian hanya memejamkan matanya, meredakan pening sisa ia pingsan tadi. Tangan yang setia mengusap perutnya dengan pelan.

Amar sesekali melirik Vian, melihat temannya seperti sedang menahan sakit, membuat Amar membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Amar sangat ahli dalam mengemudi.

"Yan, udah sampe" Ucap Amar yang berusaha membangunkan Vian.

"Eughh, makasih Mar" Balas Vian dan segera keluar dari mobil.

"Ehhh keheula tungguan, ku urang di jajapkeun" (Ehh bentar tungguin, gue anterin). Amar buru buru membuka seatbelt nya, tapi tangan Vian terulur untuk menahan Amar.

Vian menggeleng pelan, "gausah Mar, sampe sini aja, thanks ya " Setelah itu Vian keluar dari mobil dan melihat Daniel yang sedang duduk diatas motor Vian.

"Sini kunci motornya, thanks ya udah bawain motor gue" Ucap Vian dengan senyum tipisnya.

Danirl mengangguk, "gue aja yang masukkin kedalem motornya, lu masih lemes kan?" Tanya Daniel selidik.

"Mang ujang aja yang masukin, lo balik aja udah sore"

"Hhhh yaudah, gue balik ya? Jangan lupa obatnya diminum" Vian terkekeh mendengar perintah Daniel, bersyukur karna masih ada orang yang mengkhawatirkannya.

Setelah pamit pada kedua temannya, Vian langsung memanggil mang ujang untuk membawa masuk motor kesayangannya.

Ia melesat masuk ke dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya yang sejak tadi berontak untuk istirahat. Sakit diperutnya juga tak kunjung reda, ia akhirnya mengambil obat yang selalu ia minum sejak SMP.

"Sakit bangett gilaa, perut gue di dalem lagi nyuci kali ya makanya kaya di peres semuanya" Lirihan terucap dari bibir tipis Vian dan ia melihat perutnya sedikit membengkak.

Vian bangkit dan melangkah memasuki kamar mandi.

"Huwekkk"

"Huweekk"

"Sumpah udahan dong nyucinya, perut gue sakit diperes mulu" Keluhnya dengan mengusap ngusap perutnya.

Rasa mual itu selalu datang, padahal tidak banyak makanan yang masuk ke perutnya, tetapi ia harus pasrah memuntahkannya sewaktu-waktu.

Vian menghela nafas berat. Ia lemas sekarang, yang ia butuhkan hanya kasur yang empuk. Dan memejamkan matanya.

BRAKK

Pintu itu terbuka dengan kasar, dan menampilkan seorang wanita dengan pakaian sederhananya.

"cuci piring, enak aja tiduran kaya raja" Siti namanya, ART yang juga bekerja di rumah Vian itu sangat tidak sopan. Ia bisa saja menyuruh Vian mengerjakan semua pekerjaan yang seharusnya ia kerjakan.

"Mbak nanti ya? Vian lemes banget hari ini" Vian memang tidak memanggilnya bibi sebab Siti masih berusia 21thn.

"Okeyy jika tidak mau, Saya laporkan pada tuan jika kamu memperkosa saya" Vian melebarkan matanya, ancaman macam apa ini.

"MBAK!" Bentak Vian yang tak terima, "gausah ngarang cerita!" Lanjutnya masih dengan nada tinggi.

Siti tersenyum miring setelah itu masuk kekamar Vian dan mengacak acak rambut serta bajunya.

"HUAAAAAA, ANDA JAHAT TUAN, JAHAT" Vian terkejut dengan perlakuan Siti dihadapannya, Siti pura pura menangis dengan kencang hingga mengundang semua orang yang ada dirumah ini berlari kekamar Vian.

"VIAN! APA APAAN KAMU!" Ucap Raffi setelah melihat Siti yang menangis dengan keadaan yang sangat kacau. .

"Ayah aku sama sekali ga nyentuh mba Siti"balas Vian membela dirinya sendiri.

" Bohong tuan, saya diperkosa oleh tuan Vian" Sahut Siti masih dengan akting menangisnya.

"Yah, aku berani sumpah, kalau aku sama sekali ga nyentuh mba Siti, akkhh" Lagi lagi perutnya tidak bisa diajak kompromi saat sedang seperti ini.

"Tidak usah pura pura sakit, sekarang ikut saya" Ucap Raffi geram yang melihat Vian merunduk menahan sakit diperutnya.

Semua tatapan orang rumahnya menatap kecewa pada Vian, termasuk bi Asih. Biasanya, bi Asih akan membela jika Vian terkena marah oleh ayahnya, tetapi saat ini bi Asih hanya menatap sendu Vian dengan tangannya yang berusaha menenangkan Siti.

Vian tahu jika Raffi sudah memerintahkannya untuk mengikutinya ia pasti dibawa ke ruang kerja Raffi.

"Anak tidak berguna, ART saja kamu perkosa? Apa tidak ada jalang yang bisa kamu sewa? SAMPAI ART KAMU PERKOSA! MEMALUKAN!" Raffi murka, Vian ingin sekali menyela tetapi ia tidak bisa berbicara karna perutnya sangat sakit, ia tak sadar meremas perutnya kencang hingga kaos yang tipis itu tidak bisa melindungi kulitnya dari kuku Vian sehingga kulitnya lecet di dalam.

"Saya bilang jangan pura pura!!" Vian menggeleng mendengar bentakkan Raffi. Ia benar benar sedang tidak pura pura sekarang, perutnya sangat sakit dan perih saat ini.

"Ayahh" Ucapnya Vian lirih,ia berusaha berdiri dengan tegap dan menatap Raffi.

"Vian ga nyentuh mba Siti, yah" Vian masih membela dirinya, walaupun itu terlihat sangat sia sia.

"Tidak usah membela diri! Mengaku saja! Siti yang berada di kamar kamu dengan keadaan berantakan, dan kamu masih mau membela? Heh" Ucap Raffi dengan remeh.

"Yahh tapi beneran Vian ga nyen-"

"Hmmpppp"

Tangnnya terulur menutup mulutnya menahan sesuatu yang ingin keluar. Vian diam sebentar menetralkan tubuhnya sendiri.

"Dasar penyakitan" 2kata, benar benar hanya 2kata yang berhasil membuat Vian tersenyum getir. Ia memang penyakitan, tetapi apakah harus berbicara seperti itu ? . Ucapan Raffi membuat ia tertawa keras.

"HAHAHAHAHAHA saya memang penyakitan, tetapi apa saya pernah merepotkan anda ketika penyakit ini kambuh? Tidak kan?" Ucap Vian yang entah mempunyai kekuatan dari mana ia bisa berbicara selantang itu.

"Anda? ANDA KAMU BILANG? KURANG AJAR KAMU!" Pekik Raffi murka.

Akhirnya Raffi menyeret Vian masuk ke gudang rumahnya dan menguncinya dari luar.

"Emang takdirnya gue ga pernah nyicip kasih sayang" Gumam Vian dan tertawa pelan.

Vian mengedarkan pandangannya, mencari apa saja untuk alas tidurnya malam ini.

"Ish sumpah kaga ada kardus sama sekali, miskin" Ucapnya pada sepi yang menjadi temannya saat ini.






Tbc~

Yooo wasap 🤣🤣 balik lagi sama Vian gaissss hihiii, sampai jumpa besok yaaa 🥰

Maaf banyak typoo :(((

Amour • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang