Chapter #28

518 83 6
                                    

Bocah lelaki berumur 7 tahun terlihat berlarian di halaman dengan riang. Sesekali ia melompat-lompat kecil sambil mengangkat tangan mungilnya yang memegang mainan tinggi-tinggi. Dibawah langit biru dirinya menikmati waktu bermainnya hari itu

"Burung ini akan terbang tinggi. Uh! Uh!"

Dia terus melompat dan sesekali melambaikan tangan pada ibunya yang duduk memperhatikannya dari jauh. Wanita cantik itu balas melambai sambil terkekeh melihat kelakuan putra kecilnya. Dia ikut senang hanya dengan melihat anaknya tertawa lepas.

Bocah itu seketika memekik histeris begitu melihat seorang pria berjalan menghampirinya. Pria itu nampak persis seperti anak itu namun dengan versi yang lebih dewasa, terutama rambut dan bola mata biru yang ia wariskan.

"Ayahh!!! Ayah sudah selesai bekerja! Yeay!!!"

Edahn menangkap tubuh anak itu lalu mengangkatnya tinggi.   Dia berjalan mengampiri istrinya bersama anak yang sudah dalam gendongannya itu.

"Kau bersenang-senang hari ini?"

Bocah yang kini duduk dipangkuannya itu mengangguk antusias. "Ayah, kenapa burung bisa terbang bebas. Tapi aku tidak bisa?"

Edahn terlihat sedikit kebingungan lalu memilih menjawab seadanya saja. "Kau juga bisa terbang ketika sudah dewasa seperti Ayah."

"Ayah bisa terbang?" Matanya membulat membuat siapa saja yang melihatnya menjadi gemas.

"Tentu."

"Aku mau lihat!"

Edahn mencoba memalingkan wajahnya menghindari tatapan memohon dari anaknya. Ia memang paling sulit berhadapan dengan anak kecil padahal ini bukan pertama kalinya dia punya anak. Dia memandang wanita disebelahnya mengharapkan pertolongan, tapi wanita itu hanya mengangkat sebelah alis berpura-pura tak mengerti maksud Edahn.

Edahn menghembuskan napasnya lalu menatap anak yang sedari tadi menunggu jawabannya. "Kau bisa minta Ibumu memperlihatkannya. Ibumu bisa terbang sangat tinggi, lebih tinggi dari Ayah."

Wanita tadi lantas melotot lalu memukul lengan suaminya yang tiba-tiba menimpalkan masalah padanya. Walaupun tak sakit sama sekali, Edahn tetap meringis kesakitan. Wanita itu memilih mengalah mengganti pukulannya dengan elusan lembut di bahu suaminya.

"Baiklah, nanti ibu perlihatkan bagaimana ibu terbang. Tapi setelah kita berkunjung ke rumah nenek ya."

Ketiganya melanjutkan berbincang-bincang hangat diselingi candaan ringan. Siapa saja yang melihatnya pasti berpikir kalau keluarga itu sangat harmonis. Mereka berharap kehangatan itu akan selamanya terjadi. Namun nyatanya kebersamaan itu hanya bisa bertahan sampai saat itu saja.

Bruk!!

Khun terbangun dengan keringat dingin yang membanjiri seluruh tubuhnya. Kepalanya terasa begitu pusing dan tangannya sudah bergerak memijat-mijat pelan area pelipisnya. Rasa sakit itu perlahan menghilang dan napasnya kini juga sudah kembali normal.

Khun melihat jam yang berada di atas meja disebelah tempat tidurnya. Masih pukul 3 pagi dan dia terbangun karena bermimpi buruk.

Kenapa ia memimpikan kejadian itu? Kenangan 'indah' itu sudah nyaris hilang dalam memorinya dan sekarang ia dipaksa mengingatnya kembali melalui mimpi tadi. Apa semesta sedang mempermainkannya?

Saat itu adalah saat terakhir kali Ayahnya bersikap baik padanya. Setelah itu semua seketika berubah. Dia tak bisa mengingatnya dengan jelas. Tetapi yang pasti Ayahnya mulai memandangnya dengan cara yang jauh berbeda. Tak ada lagi senyuman, tak ada lagi kasih sayang. Semua menghilang seakan memang tak pernah ada.

Prince Of Night [Tower Of God FF - Baam]Where stories live. Discover now