PERJODOHAN 2

11.6K 659 3
                                    

"Baskara." Panggil seorang laki laki paruh baya.

Orang yang di panggil pun menjawab. "Iya tuan" jawab nya.

"Riefan di mana?" tanya laki laki paruh baya bernama wijaya.

"Tuan Riefan sedang di kamar tuan" jawab baskara sopan kepada bos nya.

"Bawa Riefan kesini."- ucap wijaya.

"Baik tuan"

Wijaya memberikode untuk cepat dengan tangan nya.

Baskara membungkukan tubuhnya sedikit setelah itu pergi meninggalkan seoasang suami istri.
Nama istri wijaya adalah Hilda wijaya.

Baskara sampai di depan pintu kamar Riefan. Baskara mengetuk pintu beberapa kali namun tidak ada respon dari dalam kamar. Pasti alatnya gak di pake pikir baskara.

Baskara pun membuka pintu kamar tersebut menampakan seorang laki laki yang tengah duduk di kursi roda.

Baskara mendekat ke arah Riefan.
Riefan tidak menyadari kehadirin Baskara. Dia tidak mendengar pergerakan Baskara.

Baskara pun menepuk pelan pundak Riefan. Riefan terlonjak kaget. "Siapa kamu?" Ucap Riefan dingin .

Baskara meraih tangan Riefan dan menuliskan hurup demi hurup membentuk kalimat "ini saya baskara tuan." 

"Oh kamu, saya kira siapa. Ada apa kemari?" Tanya Riefan masih dengan nada dingin.

Baskara mengukir lagi hurup hurup di telapak tangan Riefan "saya pasangkan dulu alat pendengar tuan."

Riefan hanya menurut saja. Beberapa saat kemudian alat bantu dengar Riefan sudah terpasang di telinga sebelah kirinya.

Riefan sudah bisa menagkap suara suara seperti sekarang dia mendengar suara bariton milik Barkara.
"Tuan wijaya memanggil tuan untuk bergabung di ruang keluarga."

"Yasudah bawa saya kesana."-kata Riefan.

"Baik tuan" ujar Baskara sambil meraih pegangan kursi roda untuk didorong nya.

Riefan di dorong oleh Baskara perlahan. Riefan menggerak gerakan matanya berusaha mencari cahaya namun hasil nya nihil, tetap saja yang ia liat hanya lah kegelapan.

Riefan sudah sampai di hadapan Wijaya dan Hilda.

"Ada apa, panggil Riefan?" Tanya Riefan dingin.

"Ada yang ingin papa bicarakan dengan mu." Jawab Wijaya.

"Bicarakan apa, cepat lah telinga Riefan sakit pake alat dengar ini." Ya memang benar itulah efek dari alat dengar Riefan. Dia jadi lebih sensitiv dengan suara bising jika menggunakan alat bantu dengarnya. Telinga nya akan sangat sakit jiga dia mendengar suara bising.

"Papa sudah menjodohkan mu dengan anak sahabat papa. Dan papa tidak menerima penolakan dari kamu." Ujar wijaya to the point.

Tangan Hilda mengenggem tangan Riefan.

Riefan mengerak gerakan kepala sedikit berusaha mencerna dulu ucapana papanya.

Setelah mengerti ucapan papa nya ia langsung buka suara. "Siapa yang di jodohkan dengan Riefan Pa?"

"Dia anak nya om Darwin, namanya Meyira." Ucap Wijaya.

"Meyira?" Tanya Riefan mengernyitkan dahinya.

"Iya Meyira, adik nya Jackson." Jawab Wijaya sesantai mungkin.

"Tapi dia gak mungkin terima perjodahan ini apalagi dengan kondisi Riefan seperti ini."

"Kata siapa dia ngak terima perjidohan ini." Ujar Wijaya.

Wijaya mengambil kedua tangan Riefan yang di genggam oleh Hilda.

"Dia udah terima perjodohan ini." Lanjut Wijaya.

"Gak mungkin dia terima per....." ucap Riefan terpotong.

"Udah Rie, dia udah terima perjodohan ini kamu gak usah khawatir oke." Potong Hilda.

"Terserahlah, Gak ada untungnya buat nolak juga." Lanjut Riefan.

"Nah gitu dong sayang"-ucap Hilda.

"Kamu istirahat gih." Lanjut Hilda.

Hilda mengkode Baskara untuk membawa Riefan ke kamar.

Saat Baskara ingin mendorong kursi roda Riefan, wijaya angkkat bicara lagi.

"Eh Rie besok kita kerumah Meyira." Ujar Wijaya.

"Hmmmmm" balas Riefan.

Riefan pun di dorong ke kamar nya oleh Baskara.

To Be Continue❤

I Love You [END]Where stories live. Discover now