SICK

1.9K 168 4
                                    

VOTE DULUU!! JANGAN PELIT!😉
M

asa yang baca sama yang vote banyakan yang baca sih. Ayolah saling menghargai.

Spam comment yaa, anggep aja buat vitamin author biar up lebih rajin.

Saya tahu kalian orang cerdas yang bisa menghargai karya orang lain.

Typo terdeteksi? Beritahu Author yaa

Happy Reading...
________________________________________







2 minggu kemudian

"Selamat pagi tuan putri seinna."

Seinna yang sedari tadi tengah menatap jendela luar rumah sakit langsung menoleh kearah seorang dokter muda yang kini tengah berjalan kearahnya. Pria dengan balutan jas warna putih itu adalah satu-satunya orang yang selalu siap siaga disebelah seinna ketika gadis itu tengah mengikuti cuci darah.

Dia adalah dokter Dhavan — Seorang dokter spesialis untuk orang-orang yang menderita penyakit seperti Seinna. Dia ramah — tidak, sangat-sangat ramah, penuh perhatian dan sabar. Namun terkadang juga sangat menyebalkan karena selalu menganggap Seinna seperti anak kecil.

"Morning dok."

"Apa ada keluhan?" tanyanya setelah selesai memeriksa keadaan Seinna.

Gadis itu menggeleng pelan kemudian kembali menatap kearah luar jendela. Jujur, berada didalam ruangan ini membuat Seinna merasa bosan dan suntuk. Ingin sekali Seinna keluar dari ruangan agar ia bisa merefreshingkan otak, namun selalu saja dokter Dhavan mencegahnya.

Pria yang berumur lebih tua 3 tahun dari Seinna itu selalu mengatakan bahwa dia harus istirahat total untuk kesembuhannya. Ah menyebalkan!

Setelah mendengar percakapan Dokter John dan Dhavan yang mengatakan bahwa harapan sembuh Seinna hanya kecil membuat gadis itu menjadi terus kepikiran.

"Kamu pasti suntuk ya dikamar ini sendirian, mau jalan-jalan?"

Seinna menoleh. Menatap penuh harap kearah dokter yang kini tengah tersenyum kearahnya.

"Emangnya boleh dok?" tanya Seinna bersemangat.

Pria itu mengangguk membuat Seinna menjadi kembali tersenyum. "Tapi harus ditemenin sama dokter. Gimana?"

Seinna terdiam sejenak. Mengusap dagunya seperti tengah berfikir.
"Oke!" ucapnya senang.

Pria itu mengusap pucuk kepala Seinna lembut hingga membuat gadis itu langsung menepis tangannya kesal. "Jangan mengacak rambutku!"

Pria itu hanya terkekeh. Sungguh melihat Seinna bersikap seperti ini membuat Dhavan sangat gemas padanya.
"Tunggu bentar ya? Biar dokter ambilin kursi roda dulu."

Pria itu segera bergegas pergi keluar ruangan Seinna untuk mengambil kursi roda yang berada tak jauh dari ruangan itu, kemudian tak lama ia kembali dengan mendorong kursi roda.

Seinna menatap kesal kearah kursi roda itu. Jujur, gadis cantik itu sangat tidak menyukai alat itu. Dia lebih suka berjalan dengan kakinya sendiri daripada kursi roda, lagipun Seinna sudah merasa lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Dear D : : love or Die? | Revisi Full BookDonde viven las historias. Descúbrelo ahora