O2 | LAVEY SI PANGLIMA PERANG

259 138 254
                                    

☘☘☘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☘☘☘

Semerbak wangi dari secangkir teh melati masuk ke dalam indera penciumannya. Ia mulai membuka mata dan menyesuaikan penglihatannya dengan terangnya cahaya di tempat ini.

Sejauh mata memandang, yang ia lihat hanyalah kebun bunga berhektar-hektar. Atau bahkan, seluruh tanah ini memang ditanami bunga saking banyaknya ia melihat berbagai jenis bunga di sini.

"Sudah bangun ternyata."

Netra legamnya bergulir ke samping. Ia mendapati gadis cantik---yang mengaku sebagai peri bunga dan menyebabkan dirinya tak sadarkan diri---muncul dari balik dedaunan yang mirip seperti tirai dengan nuansa alam.

Semakin ia mengamati tiap inci tubuh gadis itu, semakin besar pula kemungkinan bahwa gadis ini memang benar seorang peri. Matanya bulat berwarna keabu-abuan, rambutnya lurus panjang berwarna putih, bajunya senada dengan warna rambut yang gadis itu punya, namun model baju yang dipakai benar-benar bukan style dari zaman modern. Oh, juga jangan lupakan kulit halus seputih susu itu yang membuat perbedaan antara keduanya semakin mencolok.

Satria jelas tidak memiliki kulit seputih dia. Ia hanyalah lelaki dua puluh tahun dengan kulit sawo matang, bola mata berwarna hitam legam, hidung mancung, bibir semi-tebal, dan juga kacamata yang semakin membuatnya terlihat seperti kutu buku.

"Hei, kenapa memandangiku seperti itu?" Sang Peri melangkah menuju tempat Satria berbaring, lalu duduk di pinggir pembaringan.

Sebenarnya bukan pembaringan seperti yang ada di dalam istana. Ini hanyalah bangku panjang dengan bantalan empuk yang menjadi alas Satria berbaring tadi. Arashel tentu tidak memiliki cukup keberanian untuk membawa orang asing ke dalam istananya.

"Nggak, nggak papa." Satria menggeleng kukuh, namun ekspresinya justru menunjukkan yang sebaliknya. Bahwa ia merasa shock atas apa yang terjadi karena--hei, ayolah! Tersesat di negeri para peri bukanlah ide yang bagus.

"Mengapa kamu tiba-tiba tak sadarkan diri tadi?" tanya Arashel lembut. Netra keabuan miliknya menatap lurus ke dalam netra legam Satria.

Satria diam sesaat. Mungkin otaknya sedang bekerja untuk menemukan jawaban masuk akal yang tentunya tidak akan mengurangi kadar kejantanannya. Masa, sih, ia akan terang-terangan menyatakan bahwa ia terkejut dan panik begitu mengetahui Arashel adalah seorang peri?

Satria tentu tidak mau dipandang sebagai pengecut. Ia adalah laki-laki sejati. Tolong catat baik-baik!

"Pusing tadi. Saya belum sarapan pas berangkat ke taman bunga, tau-tau udah nyasar ke sini aja," jawab Satria tanpa menatap wajah Arashel. Ia takut akan menjawab dengan terbata-bata bila terus memandang keindahan itu.

Tanpa diduga, Arashel tidak curiga sama sekali pada alibi konyolnya. Dan malah mendorong cangkir teh melati tersebut mendekati Satria. "Minumlah, kau pasti haus," ucapnya dengan suara selembut salju pertama yang jatuh ke tanah.

[✔] Dominic's WorldWhere stories live. Discover now