15 | TERDAMPARNYA ARASHEL

133 88 145
                                    

☘☘☘

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

☘☘☘

Boston, 2071.

Profesor Richie tersenyum melihat layar komputernya. "Sebentar lagi anak itu akan datang kemari, Aland. Bertahanlah, ku mohon bertahan sedikit lagi sampai anak itu datang ke hadapanmu," ucapnya lirih saat netra birunya bergulir ke sisi kiri mejanya. Menatap nanar pada pigura foto dirinya bersama Sang Sahabat.

Menutup laman yang menampilkan peta benua Amerika tersebut hingga layar hologram pun meredup, Profesor Richie lalu bangkit dari duduknya. Ia melepas jas laboratorium yang dikenakannya dan menggantinya dengan jaket kulit hitam. Sore hari adalah jadwalnya untuk mengunjungi rumah sakit di mana Aland Travis---sahabatnya yang sakit gagal jantung itu di rawat.

"Anak itu sudah kembali. Tolong berikan pengawalan khusus padanya, dan jangan sampai ia tahu bahwa kau sedang memantaunya secara diam-diam. Aku akan men-share lokasinya sekarang," ucap Profesor Richie kepada bawahannya melalui hands-free di telinganya.

Memastikan semuanya sudah beres sesuai rencananya, ia lalu mengunci ruangannya dengan kode sandi yang hanya bisa dibuka oleh dirinya karena kode itu meliputi fitur fingerprint, iris scanning, dan juga sensor detak jantung. Tentu saja di tahun 2071 ini, membobol password tidak akan semudah yang dibayangkan. Semuanya sudah menggunakan teknologi canggih dan modern.

"Oh sial, waktu menjenguknya hampir habis. Aku sepertinya terlalu senang melihat bahwa Satria sudah kembali, hingga menatapi layar komputer selama itu," sesal Profesor Richie ketika ia melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul setengah empat sore.

Kaki berbalut sepatu hitam yang terus berdebam kala melangkah itu terus berjalan menuju lobi. Sore ini cukup ramai oleh para robot yang bertugas untuk membersihkan gedung laboratorium. Karena hari ini adalah jadwalnya, maka mereka beramai-ramai dilepaskan dari shield ray untuk melaksanakan tugas mereka.

"Lobi jadi padat oleh robot-robot itu," gumam Profesor Richie. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, ia segera memanggil kendaraannya dengan hands-free yang juga terhubung pada kendaraan tersebut.

"Jemput aku sekarang di lobi gedung laboratorium, Automatic-mecha," titah Sang Profesor.

Tak lama kemudian muncul sebuah mobil berwarna hitam metalik tanpa seorangpun yang mengendarainya kemari. Mobil itu diperintah dengan sistem auto-pilot yang di mana Sang Pemilik hanya perlu mengatakan tempat tujuannya melalui hands-free yang terhubung pada badan kendaraan tersebut.

Automatic-mecha, begitulah Profesor menamai kendaraan pribadinya. Mobil hitam itu tidak memiliki roda. Hanya ada cahaya biru yang mengelilingi lingkaran di bawah badan mobil---yang seharusnya menjadi tempat di mana ban mobil terletak. Juga ada nos yang terpasang di mesinnya yang membuat mobil tersebut dapat melaju dengan sangat cepat. Dan jika sedang hujan, maka Sang Pemilik mobil dapat mengaktifkan auto-roof yang di mana atap mobil akan terpasang secara otomatis, karena sejatinya mobil itu diciptakan tanpa atap.

[✔] Dominic's WorldOù les histoires vivent. Découvrez maintenant