O5 | TENTANG MAGIC PERI

190 124 200
                                    

☘☘☘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘☘☘

"Jadi, kamu itu peri tanpa sayap?"

Arashel menoleh pada Satria yang baru saja melontarkan pertanyaan itu. Ia lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. Membuat kening Satria mengernyit, tanda lelaki itu bingung.

"Setau saya semua peri memiliki sayap untuk terbang," ucap Satria. Netra legamnya mengamati punggung Arashel yang polos tanpa adanya sayap yang tumbuh di sana.

Arashel tertawa hambar. Ia menggeleng lemah dengan ekspresinya yang menyedihkan. "Aku berbeda," cicitnya pelan sekali. Hampir seperti berbisik.

"Berbeda?" Satria masih tidak mengerti.

"Iya, aku berbeda. Aku lain, aku tidak sama seperti peri lainnya. Aku ... aku tidak sempurna sebagai seorang peri," ucap Arashel sedikit terbata karena menangis.

Entahlah, kebodohan macam apa yang membuatnya berbicara jujur tentang rahasianya pada orang asing seperti Satria. Selama ini hanya orangtuanya, para pelayan dan prajurit, serta sahabat-sahabat dekatnya yang tergabung dalam Armada Pertahanan Istana yang mengetahui hal ini.

Tapi kini, di siang hari yang cerah, sembari duduk berdua di sudut kastil istana, Arashel menceritakan semuanya pada Satria. Semoga ia tidak menyesal telah terbawa suasana hingga berani menganggap Satria sebagai tempat yang aman untuk menyimpan rahasianya itu.

"Jangan nangis, saya nggak bisa liat wanita menangis." Satria bingung ingin melakukan apa saat melihat Arashel menangis seperti itu. Di dunianya, jika teman perempuannya menangis, maka Satria akan mengelus punggung mereka atau bahkan memeluknya supaya tenang.

Tapi di dunia peri ... tentu saja ia tidak bisa sembarangan melakukan hal seperti itu. Gila saja jika Satria nekat melakukannya. Bisa-bisa ia disihir menjadi biji bunga matahari dengan magic peri. Sungguh malang.

"A—aku ... aku hanya—" Arashel baru saja ingin menyeka air matanya ketika ibu jari Satria lebih dulu mengusap lembut di sana. Menghapus jejak air matanya yang sebening kristal.

"Terima kasih," cicit Arashel pelan.

Satria hanya tersenyum samar, ia lalu mempersilakan Arashel untuk melanjutkan ceritanya jika gadis itu mau. Satria bukan tipe orang yang memaksa. Jadi, jika Arashel ingin bercerita, silakan bercerita. Dan Satria akan mendengarnya. Tapi jika tidak, atau cerita itu terlalu privasi untuk gadis itu, maka silakan simpan saja sendiri. Satria tidak ingin mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak boleh ia ketahui.

"Aku peri yang gagal. Aku peri yang buruk, Satria," ucap Arashel kembali memulai ceritanya.

"Apapun itu, saya bakalan dengerin sampai kamu selesai bercerita. Baru nanti saya akan menanggapinya," ucap Satria sambil tersenyum pada Arashel.

[✔] Dominic's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang