BAB 18

77.3K 10.5K 1.5K
                                    

^Happy Reading^

.

.

"Selatan!" Perempuan dengan lesung pipi kiri dan rambut indah tergerai sebahu itu melambai.

Selatan yang baru keluar dari mobil itu pun hanya balas dengan senyuman, Kiana berlari ke arahnya dengan membawa satu bunga mawar putih. Setiap Selatan menang dari Daffa, Kiana—adiknya Daffa selalu memberikannya bunga mawar putih.

Tersenyum, Selatan mengambil bunga mawar putih itu. Entah untuk yang kesekian kalinya dia mendapat bunga dari Kiana. Selatan adalah pendengar yang baik bagi Kiana. Mendengarkan kisah hidupnya, keluarga yang berantakan, Papa yang sering memukul, Mama yang selingkuh, semuanya Kiana ceritakan dan Selatan selalu merespon dengan baik.

Kiana hanya punya Daffa, pun sebaliknya. Kakak adik itu seolah tidak memiliki orangtua di dunia ini. Selalu ikut Daffa untuk menemaninya balapan membuat rasa suka perlahan tumbuh di hati Kiana terhadap Selatan. Mereka hanya berbeda satu tahun, Selatan kakak kelasnya walaupun berbeda sekolah.

Hubungan akrab antara Daffa dan Selatan juga teman-temannya membuat Kiana ikut dekat. Hingga pada suatu hari Kiana mengungkapkan perasaannya namun berujung pada penolakan.

Selatan menolak, "Maaf, Ki. Gue nggak bisa membalas perasaan lo. Gue cuman menganggap lo sebagai adik gue." Mungkin selama ini Kiana salah mengartikan perhatian Selatan yang selalu mendengarkannya, dan menjadi tempatnya bercerita yang baik.

Selatan tidak pernah memberikan harapan. Tapi tampaknya Kiana salah mengartikan itu semua. Selatan tidak ingin melukai Kiana, tapi dia juga tidak bisa berada dalam hubungan terpaksa pura-pura mencinta. Selatan tidak mau menerima Kiana hanya karena kasian.

"Gue suka sama lo, Selatan! Gue udah nggak punya siapa-siapa lagi!"

"Mama, Papa, Kak Daffa, semuanya! Gue sendiri! Gue sendiri di dunia ini!"
Kiana memintanya bertemu. Gadis itu menangis sejadi-jadinya di taman sore itu.

Selatan bingung harus berbuat apa, bergerak sedikit saja untuk perhatian, Selatan takut kalau Kiana berfikir dirinya memberi harapan, dan Selatan tidak mau Kiana berharap padanya.

"Gue nggak mau kasih harapan ke lo, Ki. Gue nggak bisa untuk menjadi kekasih, gue udah anggap lo sebagai adik sendiri. Lo bisa menganggap gue sebagai Kakak, seperti lo nganggap Daffa. Lo bisa mendapatkan yang lebih baik dari gue.”

Kiana tertawa sumbang, "Kak Daffa? Dia bakal pergi! Pergi ninggalin gue. Dan gue,” Kiana menunjuk dirinya sendiri. “Gue maunya lo! Bukan yang lain!” suara Kiana meninggi menunjuk Selatan tepat di wajahnya.

Selatan dengar kalau minggu depan Daffa akan menyambung pendidikannya di luar negri. Daffa terpakasa, karena hanya dengan perjanjian itu Papa tidak akan lagi memukul Kiana. Selatan terkunci, tidak bisa mengatakan itu karena dia sudah berjanji pada Daffa.

"Dia sayang sama lo, Ki."

Kiana menggeleng, "Gue bener-bener sendiri." Air mata Kiana mengalir deras, dia benar-benar terlihat berantakan. Selatan ingin memeluk gadis itu dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja, tapi Selatan tidak mau membuat Kiana berharap dan sulit untuk melupakan dirinya.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang