BAB 33

59.5K 8.5K 800
                                    

^Happy Reading^

.

.

"Gue habis nonton film yang Erina saranin waktu itu," kata Fahri berjalan di selasar koridor sambil merangkul pundak Utara akrab.

"Yang Interstellar itu?" tanya Utara.

Ribi masih izin karena ada acara keluarga, Erina masih sakit, jadilah cuman Utara dan Fahri yang barengan ke kantin. Sambil berjalan menuju kantin, Fahri bercerita tentang film yang Erina rekomendasi beberapa hari yang lalu. Diam-diam menghanyutkan seperti itu, Erina juga suka nonton horror, apalagi sci-fi, membahas teori dan hal yang tersembunyi di alam semesta. Dan Erina itu anaknya juga rada aneh kalau kalian pertama kali bertemu.

"Cooper keren abis sumpah. Teori warmhole-nya juga keren, apalagi waktu Cooper masuk dalam black hole yang banyak dimensi, wuihhhh ngulang sepuluh kali baru otak gue mudeng," cerita Fahri menggebu-gebu.

"Lo bahas teori-teori, gue nggak paham Ri," sahut Utara geleng-geleng. Sebenarnya Erina juga pernah menjelaskannya tentang teori warmhole atau teori lubang cacing untuk mempersingkat perjalanan ruang angkasa, tapi demi apapun Utara sama sekali tidak mengerti. Tapi Erina juga pernah bilang kalau warmhole itu tidak bisa dilewati manusia, karena hanya ada pada sci-fi saja. Ah, sudahlah itu memusingkan untuk dipikir, cukup Matematika yang membuat Utara pusing tujuh keliling.

"Jadi yang lo paham apa? Kisah cinta bintang Vega, Altair, dan Daneb? Atau Dewi Athala? Atau olympus apa lah itu." Fahri merangkul pudak Utara bersama dengan rentetan pertanyaan tentang kisah mitiologi Yunani yang sering Utara baca. Bodoh-bodoh begitu Utara diam-diam suka membaca, pastinya bukan buku pelajaran.

Utara terkekeh kecil, "Bukan Athala, Fahri. Tapi Dewi Athena," koreksi Utara membenahi penamaan yang salah Fahri ucapkan. Athena dan Athala itu nama yang jauh berbeda.

"Oiya, btw sorry ya tadi malam gue langsung pulang aja."

"Ah, santai aja. Dia kok tiba-tiba ikut? Tumbenan."

"Gak tau, gak jelas. Lo tau, kan kalau gue tinggal di rumah dia. Mana tadi malam Bunda berpihak sama si Bekantan itu, kalo gue pergi sendiri gak dibolehin."

"Ooohh, bagus dong."

"Bagus apanya?" tanya Utara, ya walaupun Selatan mengembalikan moodnya tadi malam dengan membelikan lolipop.

"Memperbaiki hubungan," jawab Fahri bertepatan dengan Selatan yang tiba-tiba menyembul dari pintu perpustakaan saat Utara dan Fahri ingin melewatinya.

Langkah keduanya berhenti. Utara dan Selatan saling pandang, cowok itu memegang beberpa dokumen di tangannya yang tidak Utara tau apa isinya. Dua iris Selatan beralih pada tangan Fahri yang merangkul Utara, tatapan Selatan berubah dingin untuk beberapa detik, lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata, sapaan, atau debatan, atau wejangan saat setiap dia bertemu Utara.

"Aneh," kata Utara. Tumbenan Selatan gak ngomong.

Fahri melepas rangkulannya, "Kalau ada Erina di sini, pasti dia bakal buka kartu Selatan."

Benar juga.

"Jangan-jangan dia cemburu?"

Bhaks!

Utara langsung tertawa mendengar kalimat yang Fahri lontarkan. Tapi entah kenapa Utara jadi merasa senang. Tapi itu juga tidak mungkin mengingat hubungannya dengan Selatan yang memang seperti Tom & Jerry dari kecil, mustahil bin tahil perkataan Fahri benat. Dan Selatan mana mau kalah, apalagi sampai melanggar peraturan ke 7.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Where stories live. Discover now