BAB 30

60.9K 9K 1.1K
                                    

Tanta Readers!! Mari kita serbu bab ini! Jangan lupa tinggalkan jejak!

_____________

^Happy Reading^

.

.

Utara baru bangun tidur siang, ralat, tidur sore maksudnya. Padahal dalam agama Islam sudah melarang tidur selepas ashar, Mama juka suka ngomel kalau Utara tidur selepas ashar, apalagi kalau bablas sampai magribh. Tapi sekarang Utara tidak bablas, bangun setengah lima sore.

Sunyi saat Utara keluar kamar, hanya jam dinding yang berdetak di ruang keluarga. Utara ke dapur, lalu menuju ke teras belakang dan melihat Bunda sedang berbincang dengan seorang cowok.

Anjir ganteng! seru Utara dalam hati.

"Umur kamu berapa?" tanya Bunda ke laki-laki itu yang masih bisa Utara dengar.

"Dua puluh tujuh tahun," jawabnya membuat Utara terperosot depresot. Berpaut jauh sekali dari Utara yang 17 tahun.

Utara berjongkok sambil mengeleus-elus Blacky milik Selatan. Kucing anggora jantan berbulu putih yang menggemaskan, beda dengan pemiliknya yang memberingaskan. Setelah laki-laki yang berbicara dengan Bunda itu pergi, Utara menghampiri.

"Siapa, Bund?"

"Oh, itu Mang Dede. Perawat tanaman Mama, sama pembersih halaman rumah kalian."

Utara mengangguk-angguk dengan mulut yang berbentuk huruf O. "Udah lama, ya?"

Bunda mengangguk sambil menata pot bunganya, "Iya, dari Mama kamu berangkat."

Tapi Utaranya baru tau sekarang. "Ganteng kok gak jadi tukang bersih taman sama halaman, padahal mukanya kayak bintang iklan."

Setelah membantu Bunda menata bunganya, Utara izin masuk ke rumah duluan. Setelah mencuci tangan, Utara mau melanjutkan rebahan tapi di sofa sambil menikmati Qtella di depan tv.

"Eh, anjir," Utara berhenti melangkah saat melihat ada seorang cewek duduk sendirian di ruang sofa. Utara harap itu bukan dedemit nakal yang mencoba menakutinya.

Ternyata dia bukan dedemit saat Selatan turun dari tangga kamarnya, perempuan itu berdiri. Dari samping wajahnya terlihat familiar. Selatan yang melihat kepala Utara menyembul dibalik pilar dapur lantas mengode untuk tidak ke sana, dan menyuruh Utara jauh.

"Apaan coba," Utara melotot. Ia refleks menarik badan saat perempuan yang ternyata Alana itu mengikuti arah pandang Selatan.

"Siapa?" tanya Alana.

Selatan menggeleng, "Oh, enggak, tikus gede tadi lewat, hus! Hus! Hus! Pergi lo!"

"Tikus gede?" Alana kembali menoleh ke belakang, tapi tidak menemukan apa-apa.

"Udah, jangan dipikirin. Ayo belajar," kata Selatan mengabaikan. Jadi sore ini rencananya Selatan belajar bersama Alana di rumah untuk persiapan olimpiade. Iya, setelah menjuarai ajang kejuaraan karate, Selatan kembali dipercayakan membawa nama sekolah dalam olimpiade sains bersama partner-nya seperti tahun yang lalu, yaitu Alana.

"Rese!"

"Babon!"

"Bekantan!"

"Setan!"

Utara mendendang-nendang rumputan kecil di teras belakang. Kenapa harus belajar di rumah coba? Alana lagi. Ah, Utara jadi malas melihatnya. Menyebalkan dan sangat menyebalkan.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang