Chapter 2

143 33 8
                                    

Begitu di luar bengkel, keduanya mendatangi gadis yang dimaksud Yena yang sedang bersandar dengan manis pada mobilnya. Gadis itu membalikkan badan dan menemui dua pria berlumuran oli itu dengan seulas senyum manis di kedua sudut bibirnya. Sakura menggosok dahinya dengan gugup, merasa agak tidak pantas harus menemui gadis secantik itu dengan penampilan bermandikan oli.

“Hai,” sapa Yena.

Gadis itu mengangkat alis. “Jadi,” katanya sambil mendelik kearah Sakura, “apakah pria ini yang akan menangani mobilku?”

Yena melirik Sakura yang masih tercenung, lalu tertawa renyah dan menepuk pundak rekan kerjanya itu. “Benar, Kim Miyawaki Sakura yang akan menanganinya. Benar kan, Miyawaki?”

“Ah?” Sakura menyahut dengan tergagap dan tersenyum canggung, “Be-benar. Aku yang akan menangani mobilmu.”

“Okay,” sahut gadis itu sambil menatap Sakura. “Lalu, kapan aku bisa kembali untuk mengambil mobilku?”

“Jika itu hanya kerusakan ringan, mungkin kau bisa kembali besok pagi,” jawab Sakura.

“Tapi kau bebas untuk datang kemari kapanpun jika kau ingin bertemu dengan rekan kerjaku ini,” timpal Yena sambil menepuk-nepuk bahu Sakura.

Sakura mendelik kearah Yena dan menyikut perut pria itu dengan air wajah memerah. Si gadis itu ikut tersipu malu, sementara Yena terkikik geli di belakang pundak Sakura.

“Sakura!” Hyewon, salah seorang pekerja bengkel lainnya berseru dari dalam sambil mengangkat gagang telepon, menengahi obrolan mereka bertiga. “Ada telepon dari Minju!”

“Minju?” Sakura berubah gugup, lalu berlari menghampiri meja telepon, meninggalkan Yena dan gadis itu tanpa pamit.

“Minju bilang kalian kehabisan selai kacang,” kata Hyewon sembari menyerahkan gagang telepon pada Sakura. Ya, dan itu artinya tidak bagus, sambung Sakura dalam hati.

“Halo? Minju?” sahut Sakura kearah gagang telepon.

“Oppa? Kita kehabisan selai kacang. Bisa kau pulang sekarang?”

“Pulang sekarang ?” Sakura menyeka keringat dinginnya dan mencuri pandang sekilas kearah Yena dan gadis tadi dengan cemas. “Apakah terjadi sesuatu? Di mana Nyonya Lee?”

“Aku ingin kau pulang sekarang bersama se-stoples selai kacang. Sekarang, Oppa! Sekarang!”

“Oke, oke. Aku akan pulang sekarang.”

***

Sakura berlari-lari kecil dengan bungkusan berisi stoples selai kacang di tangannya menuju pintu dapur yang dibiarkan terbuka. Ia masuk ke dapur dan tidak ada yang berubah di sana. Masih sekacau saat ia meninggalkannya tadi pagi. Dan sepertinya, rumah itu terlalu sepi. Di mana Minju dan Nyonya Lee?

“Minju?”

“Enyah dari hadapanku sekarang!” Sakura dapat mendengar suara Minju menjerit dari ruang TV.

“Jangan, Minju! Jangan!”

Sakura berjalan cepat menyusul keributan itu dan ia begitu terkejut saat remote TV melayang dengan cepat melewati kepalanya, lalu pecah menjadi bagian-bagian kecil saat menabrak dinding. Ia tercengang dan melihat Minju berteriak-teriak histeris, sementara Nyonya Lee terus berjalan mundur dengan tubuh gemetar.

“Ada apa ini ?” teriak Sakura.

Nyonya Lee berjalan mengitari ruang TV menuju dapur dan menyambar tasnya di atas meja makan sambil mengigau dengan dialek Daegunya yang kental.

“Cukup sudah, cukup sudah.”

Sakura mengejar wanita itu dan menahan lengannya.

“Nyonya Lee, tolong. Aku akan bicara dengan Minju.”

BRUNCHWhere stories live. Discover now