Chapter 5

144 30 16
                                    

Eunbi duduk di ruang tunggu sambil sesekali mencuri pandang ke dalam ruangan. Ia berpikir tidak sepantasnya berada di sana. Namun untuk beberapa alasan yang juga tidak diketahuinya, ia merasa bertanggung jawab atas gadis itu. Eunbi memerhatikan gadis itu duduk berhadapan dengan seorang petugas polisi di dalam ruangan berjendela. Petugas polisi itu terus mencercanya dengan berbagai pertanyaan, tapi gadis itu tampak tidak benar-benar peduli atau ia terlalu naif untuk menjawabnya.

“Ada yang bisa kubantu, Nona?”

Eunbi menengadah dan mendapati polisi bertubuh gempal di jalan raya tadi sedang mengawasinya. “Hm, aku..” Eunbi melirik sekilas ke dalam ruangan dan mengangkat bahu, “..entahlah.”

“Apakah kau keluarganya?” tanya polisi itu sembari mengedikkan dagu ke dalam ruangan.

“Bu-bukan!” Eunbi menampik dengan buru-buru.

Polisi itu menarik napas. “Lalu?”

Eunbi meremas jemari tangannya. “Aku hanya merasa ingin memastikan keadaannya bahwa dia akan baik-baik saja di sini.”

“Dia memang akan baik-baik saja di sini,” terdengar sisipan nada tersinggung dalam bicara si polisi tersebut, “dan kami juga sudah menghubungi kakak laki-lakinya. Ia akan segera datang untuk menjemput adiknya di sini. Kau tidak perlu merasa khawatir.”

“Oh, oke.” Eunbi menepuk lututnya dan berdiri. “Aku rasa aku bisa pulang sekarang.”

Polisi itu mengangguk dan mundur. Eunbi berjalan dengan ragu-ragu meninggalkan polisi itu dan belum sampai sejauh lima langkah, rencananya untuk pergi dihentikan oleh pintu masuk kantor polisi yang dibuka dengan kasar oleh seorang pria sehingga  mengagetkannya di tempat. Eunbi menyipitkan mata, berusaha mengenali sosok familiar itu.

Keduanya saling berpandangan.

“Kau lagi,” gumam Eunbi terkejut.

***

“Apa yang sebenernya telah kau lakukan di jalanan tadi?”

“Tidak ada. Hanya membantu mereka untuk lepas dari kemacetan.”

“Tapi, apakah kau tidak tahu betapa berbahayanya tadi ? Bagaimana jika ada seseorang yang ingin menabrakmu atau melakukan sesuatu yang buruk padamu?”

“Mengapa mereka harus melakukan itu ? Aku kan membantu mereka.”

“Ya, tapi…”

Eunbi mendengar perdebatan sepasang kakak dan adik itu dalam kebisuan. Ia melirik tangan keduanya yang saling bertautan sambil berjalan menyusuri koridor kantor polisi menuju tempat parkir. Ini konyol pikirnya, Eunbi merasa disisihkan selain itu ada sebongkah besar ketidakpercayaan yang mendekam di dasar hatinya bahwa gadis ‘bermasalah’ itu adalah adik dari pria yang ditemuinya di bengkel, Kim Miyawaki Sakura.

Begitu mereka menginjak halaman parkir, Sakura berbalik dan menegur Eunbi yang sedang melamun di belakangnya. “Kau akan pulang sekarang?”

“Ah ? Ah, iya!” seru Eunbi sambil tertawa hambar. Wanita itu mendelik kearah Minju yang memandanginya dengan was-was, lalu mengedikkan bahu. “Mau kuantar pulang?”

Sakura dan Minju bertukar tatap.

“Mobilku di sana,” lanjut Eunbi, menunjuk mobil Honda Civic abunya di sudut halaman.

“Apa kau membawa helm?” tanya Minju setelahnya.

“A-apa?”

Sakura meremas tangan adiknya. “Minju,” bisiknya memperingati.

BRUNCHWhere stories live. Discover now