Chapter 3

143 32 8
                                    

Sakura duduk di sofa bertemankan cahaya remang dari TV yang tengah menyiarkan berita. Pria itu berulang kali membetulkan remote TV yang rusak dengan selotip dan mencoba memindah saluran, namun remote itu tidak juga bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Sakura mulai dibekap rasa frustasi dan dengan pesimis, ia melempar remote tersebut ke sisi lain sofa. Pria itu menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai kehabisan akal.

Alih-alih terus mencoba memperbaiki remote yang pecah, Sakura beranjak dari sofa lalu mendongak ke kamar atas. Ia mendatangi kamar Minju dan menemui gadis itu sedang duduk diam di balik selimut tebalnya. Sakura mendaratkan bokongnya dengan lembut di bibir tempat tidur dan memandangi adiknya dengan gusar kala Minju berpura-pura tidak menyadari keberadaannya.

“Apa kau masih marah padaku?” bisiknya.

Minju mendelik kearah Sakura, namun tidak mengatakan apa-apa.

Sakura menghembuskan napas dan tertunduk lesu. “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu.”

Minju mencuri pandang kearah Sakura sekali lagi. Ia yang merasa iba, akhirnya menjulurkan kedua lengannya untuk memeluk kakak laki-lakinya itu. “Tapi aku tetap menyayangimu,” balasnya berbisik.

Sakura tersenyum lega dan membalas pelukan adiknya, membiarkan aroma buah-buahan yang menyengat pada rambut panjang Minju membuncah dalam paru-parunya. “Jadi, bisakah kau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Nyonya Lee tadi pagi ?” tanyanya.

“Aku tidak menyukainya,” tutur Minju seraya melepaskan pelukannya, “aku tidak suka caranya saat menatapku. Tatapannya seolah berpikir bahwa aku seperti orang yang menyedihkan. Aku sangat tidak menyukainya.”

Sakura menyeka tengkuknya dan menghela napas. “Oke. Tapi, apa kau tidak sadar sudah berapa pembantu rumah tangga yang kau buat ketakutan?”

“Ya, aku ingat,” aku Minju seraya menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur. “Nyonya Kim.”

“Itu yang pertama,” timpal Sakura.

“Dia menyebalkan,” omel Minju. “Terlalu cerewet dan banyak mengaturku.”

Sakura mendengus. “Dan Nyonya Son.”

“Dia mempunyai bau badan yang sangat tidak enak,” digik Minju jijik. “Aku tidak tahan berdekatan dengannya lama-lama di dapur.”

Sakura memejamkan mata dan memijat ringan pelipisnya. “Kau tidak bisa memberhentikan pembantu kita begitu saja hanya untuk alasan sepe..”

“Tidak bisakah kau tinggal di rumah dan bersamaku, Oppa?” sela Minju. “Kurasa orang lain tidak begitu menyukaiku.”

“Mereka bukannya tidak menyukaimu, Minju tapi”

“Tapi, apa?”

Sakura kehilangan kata-kata.

“Aku tidak menginginkan ada orang asing lagi di sini,” sambung Minju. Gadis itu menyelipkan kedua lengannya pada pinggang Sakura dan menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. “Aku takut jika mereka akan menyakitiku.”

Sakura meremas pundak Minju dan mengecup puncak kepala gadis itu sembari berbisik, “Tidak akan kubiarkan mereka menyakitimu.”

***


“Kau tidak bisa datang bekerja?!”

Sakura buru-buru menjauhkan gagang telepon dari telinganya sebelum teriakan marah bosnya Cho Yoo Myung, akan merusak pendengarannya. “Maafkan aku, Yoo Myung Sajangnim. Kau tahu adikku, dia tidak bisa ditinggal sendiri di rumah tanpa pengawasan, jadi..”

BRUNCHWhere stories live. Discover now