Lonceng memanggil
Menarik gadis penikmat sunyi
Untuk segera berlari
Menyusuri lorong lantai duaHanya setapak kaki melangkah
Tak ada yang ikut mengiringi
Sekadar bergema tawa riang
Namun dirinya tetap seorangTidak, ia lebih nyaman menyimak celotehan angin kecil
Atau deruan rintik hujan
Satu lagi, gesekkan lembar buku perpustakaan
Kosong kawan dilenyapkan dahuluAtma mendaki ruang aksara
Baru satu kaki menapak,
Sudah dilempar sapa ramah
Oleh penjaga sajakJajaran karya sastra tertata
Menyulut senyum pada mata
Menggapai kisah fiksi
Pelukis kedamaian bagi sang pengagum ceritaRindu menggelora
Pada perpustakaan sekolah
Kini, ia tak mampu menemui samudra sastra
Pada satu bilik lantai duaMelempar secarik kertas
Sebagai ungkapan harap
Bertemu kawan sejati, dialah ratusan buku
Di perpustakaan sekolahLembar hening, 12 September 2020
Rainysa Avaron
YOU ARE READING
Jerat Memori Mengukir Sajak
PoetrySerangkaian melodi mengalun Menyusuri angkasa pekat Mengelak rimbun memori Karena dianggap tak ada arti Kelahiran kata melintas sekilas Melepas bohong Bahwa nyatanya, pertemuan lalu kita sukar dibantah Padahal hanya menuai kisah ringan tanpa...