Prolog

55 10 9
                                    

Gemersik bungkus plastik mulai memenuhi ruangan. Seseorang baru saja membukakan bungkus roti pada kekasihnya. Mereka sedang duduk di sofa bersebelahan.

"Makanlah!" Lelaki itu tersenyum sembari menyodorkan roti.

Si gadis membalas senyuman. Wajah kusut serta lesu sang lelaki ia pandangi dengan lamat. Ia menghela napas panjang sebelum menerima satu roti. Kemudian, menyuapkannya pada lelaki di sebelahnya.

"Kau saja yang makan, sebentar lagi kita pergi lagi."

Gadis itu kembali tersenyum, menunggu kekasihnya agar segera membuka mulut.

"Baiklah, kita makan berdua."

Si lelaki pun mencuil roti, kemudian menyuapkannya pada gadis di depannya. Mereka tersenyum satu sama lain. Tidak ada yang tahu sampai kapan mereka akan menjalani hidup seperti sekarang ini, berlari tanpa ada arah.

Yeah, inilah perjuangan cinta mereka. Tidak mendapat restu dari kedua orang tua karena keduanya masih seorang pelajar dan baru duduk di bangku SMA kelas dua. Namun, siapa yang tahu jika kedua remaja itu saling mencintai?

Segi ekonomi menjadi alasan utama mereka harus berpisah. Karena tidak mau memiliki menantu yang tidak sepadan, ayah lelaki itu menyuruh mereka memutuskan hubungan. Pada akhirnya membuat mereka kabur dari rumah.

Si gadis memang bukan anak orang kaya, hanya saja ia masih termasuk keluarga dalam kategori mampu. Sedangkan keluarga dari pihak lelaki, memiliki banyak anak cabang perusahaan di berbagai penjuru Korea Selatan.

Sudah satu minggu mereka hidup di jalanan. Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Setiap malam mereka habiskan menginap di motel termurah. Uang sudah habis, dan saat ini mereka terjebak dalam rumah tak berpenghuni karena hujan mengguyur kota. Tidak ada pilihan, menerjang hujan serta gemuruh guntur dan kilatan petir bukanlah ide cemerlang. Jadi, mereka lebih memilih berhenti dan berteduh sejenak.

Hujan mulai reda, suara gemuruh dan kilatan petir tidak lagi terdengar serta terlihat. Cuaca memang masih mendung tidak secerah beberapa jam lalu. Mereka harus cepat bergerak sebelum dua mobil suruhan ayah si lelaki menemukan mereka lagi. Sesaat setelah melaju beberapa meter menjauhi pelataran rumah, dua mobil hitam mengejar mereka.

"Tuan Muda! Tuan Muda! Saya mohon berhentilah!" pinta salah satu lelaki bersetelan rapi dengan memakai jas hitam dan sepatu pantovel.

Sial, cepat-cepat ia menarik gas, melaju dengan kencang membelah dinginnya angin. Kedua mobil tersebut juga melaju kencang, mengejar motor yang dikendarai oleh tuan muda mereka.

Si gadis mengeratkan dekapan, ia pun memejamkan mata. Motor melaju kencang, untungnya sedang tidak ada pengemudi lain. Awan gelap dan gemuruh mesin serta petir mendominan di sekitar. Tiba-tiba hujan kembali lebat, membasahi mereka berdua.

"Pelankan sedikit!"

Tidak ada waktu, ayolah mereka sedang dikejar. Jadi, si lelaki tidak mengindahkan permintaan kekasihnya. Spedo meter menunjukkan di batas kecepatan, tiba-tiba ban tersalip membuat motor oleng lantas roboh. Motor berderit panjang keluar lintasan, menabrak pagar pembatas jembatan dan merobohkannya. Kedua mobil berhenti, mereka keluar melihat kecelakaan tragis yang menimpa sepasang kekasih tersebut.

~~~

Alat-alat medis terpasang lengkap di tubuh gadis yang terbaring di atas ranjang. Kecelakaan beberapa hari lalu membuatnya koma. Benturan keras di kepala tidak bisa dianggap remeh. Dokter memprediksi jika ia tidak akan membuka mata lagi. Tinggal waktu yang menunggu, hanya keajaiban yang dapat menyelamatkannya.

Si lelaki pun tak kalah parah, pergelangan kakinya retak. Ia juga divonis hilang ingatan. Saat ini ia tengah terbaring koma di ruang rawat. Namun, dokter tetaplah manusia biasa yang hanya bisa memprediksi sesuatu. Tuhanlah yang berhak menentukan segalanya, entah hidup atau mati.

Sudah hampir sebulan peralatan medis menemani tidur panjang mereka. Tanpa ada satu pun peralatan berkurang, kalaupun ada pasti hanya diganti saja. Seperti infus yang setiap dua kali dalam sehari memang harus diganti dengan yang baru. Tidak ada tanda-tanda menunjukkan jika keduanya masih memiliki harapan untuk membuka mata.

Ibu si gadis mengusulkan agar ruangan mereka disatukan. Awalnya ayah si lelaki menolak, tetapi pada akhir menurut mengingat kondisi putranya yang tak kunjung membaik.

Belum sehari setelah ruangan mereka disatukan, tangan si gadis mulai bergerak. Untuk pertama setelah satu bulan setengah tertidur panjang, ia pun membuka mata.

~TBC~

Dont be siders guys! Tinggalkan jejaknya biar kami yang buat ini semangat. Cerita collab pertama kami, Jaemi & TikTik.

Letting GoWhere stories live. Discover now