Chapter 7

5 3 0
                                    

Cuaca hari ini lumayan panas, terik matahari seakan membakar kulit. Sedari tadi Chanyeol mengeluh jika dirinya kepanasan, membuat Jongin risih. Bukankah lelaki itu anggota tim basket, lalu kenapa masih meributkan kulit akan terbakar?

"Aku baru beli skin care kemarin."

"Astaga Chanyeol, skin care Korea Selatan terbukti ampuh. Lagian ini masih pagi, masih bagus untuk tubuh." Jongin semakin menggeleng-gelengkan kepala, sebenarnya dari mana datangnya makhluk seperti Chanyeol ini. "Kau jujur saja padaku, saat aku tidak masuk sekolah apa benar kau menggunakan obat batuk sebagai par-"

Segera Chanyeol membungkam mulut Jongin agar tidak melanjutkan kalimatnya. Jongin mengangguk paham, ia tidak akan berucap lagi.

Jongin mendekat ke telinga Chanyeol. Dengan lirih ia bertanya, "Apa benar, Chan?" Begitu Chanyeol mengangguk, Jongin lantas tertawa tanpa tahu cara menghentikannya.

"Dari mana kau punya ide menggunakan obat batuk sebagai parfum, apa seragammu tidak disemutin?" Mendengar ucapan Jongin membuat seluruh murid kelas 2-2 tertawa.

Bukan hal baru lagi jika Chanyeol menjadi tokoh komedi di dalam kelas. Untung saja ia memiliki wajah yang terbilang sempurna, jika tidak mungkin ia akan menjadi bulan-bulanan karena kegilaannya.

"Brengsek, kau senang sekali membuatku ditertawakan," kesal Chanyeol, ia lantas memanyunkan bibirnya.

"Bukan aku, tapi kau sendiri, Chan." Jongin masih setengah tertawa. Tentu jika dirinya akan membuat pembelaan. Lagian tidak ada orang yang pernah membuat obat batuk sebagai parfum, kecuali hanya Chanyeol seorang.

"Selamat pagi anak-anak," ujar guru lelaki berambut ikal. "Kenapa kalian tertawa?"

"Seperti biasa, Pak," jelas Jongin.

Guru Pengajar itu mengangguk, ia menyuruh para murid melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Sengaja Chanyeol mengambil tempat di sebelah Hyunjoo. Ia tersenyum, tahu cara menujukkan deretan gigi putih dan rapinya. Sejujurnya, Chanyeol merasa malu karena kejadian barusan. Namun, ia bersikap biasa seolah tak pernah terjadi apa-apa. Melihat tawa Hyunjoo ia merasa bahagia. Entah kenapa, ia bahkan tak bisa menjelaskan pada dirinya. Sungguh, Hyunjoo seolah memiliki magnet yang terus menarik dirinya agar selalu menempel pada gadis itu.

Daera semakin tak bersemangat, ia berusaha mengalihkan perhatian pada hal lain. Api kecemburuan Daera semakin bertambah seiring dengan kedekatan mereka. Ia tidak tahu kenapa bisa menyukai lelaki seperti Chanyeol? Di DSS tak sedikit yang menyatakan cinta padanya, tapi selalu ditolak mentah-mentah. Ia malah menjatuhkan pilihan pada Chanyeol, si lelaki sepersekian persen jenius.

Tidak banyak yang mengetahui perasan Daera pada Chanyeol, hanya Yujin dan Nara saja. Seluruh sekolah sempat terheran. Ia tak pernah menerima murid lelaki yang menyatakan cinta padanya. Padahal di antara mereka tak ada yang tak tampan, semuanya merupakan murid terkeren dan terpopuler. Mereka mengira jika selera Daera tinggi, gadis dingin itu mana mungkin menyukai anak DSS. Begitulah pikir murid lain.

Chanyeol menggandeng tangan Hyunjoo, sebelum guru pengajar membagi kelompok untuk bermain lempar bola.

"Aku akan melindungimu," kata Chanyeol.

Permainan berlangsung, murid lelaki harus melindungi pasangan mereka. Jika murid perempuan terkena bola, maka mereka dinyatakan gugur dan harus keluar dari arena. Hanya tersisa dua pasangan saja, Chanyeol-Hyunjoo dan Juno-Daera. Kini bola berada di tangan Hyunjoo. Jika ia berhasil mengenai Daera, maka dirinya dan Chanyeol akan keluar sebagai pemenang.

Ia melempar bola dan mendarat tepat di wajah Daera karena tiba-tiba Juno menghindar. Hidung Daera mengeluarkan darah. Semua murid menatap tak percaya. Astaga Hyunjoo, berani sekali membuat Daera mimisan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Hyunjoo, "Akan kuantar ke ruang kesehatan."

Daera menghempaskan tangan Hyunjoo, ia menatap sinis. Mamuna baru saja dibangunkan dari tidur panjang. Setelah ini hidup Hyunjoo tidak akan tenang, nantinya bakal ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Neraka tengah menanti, tinggal menunggu waktu untuk terjatuh ke dalamnya.

"Daera, aku antar ke UKS," kata Juno.

"Tidak usah." Daera bisa berjalan sendiri, lagian ia tidak membiarkan anak-anak lain dekat dengannya. Selama berada di kelas 2-2, ia seolah membangun benteng. Saat kerja kelompok pun ia lebih diam, hanya bicara saat perlu saja.

Jam pelajaran olahraga telah usai, kini para murid berjalan ke ruang ganti. Teman yang tadi menawari Hyunjoo pergi bersama ke lapangan, berpura-pura tidak melihatnya. Gadis itu langsung saja pergi bersama teman lain. Hyunjoo menghela napas panjang.

Chanyeol berjalan mendekati Hyunjoo sembari berkata, "Ayo, ganti baju!"

"Eoh?" Hyunjoo mengerutkan dahi, ganti baju?

"Maksudku kau di tempat perempuan dan aku di tempat laki-laki."

"Bahasamu terlalu ambigu, Chan," ledek Jongin, lalu setelahnya memiting Chanyeol agar segera ke ruang ganti bersamanya.

"Lepaskan aku!" Chanyeol memukul-mukul tangan Jongin berharap agar temannya itu segera melepaskan lehernya.

Setelah menjauh dari Hyunjoo, Jongin melepaskan Chanyeol. "Menjauh saja darinya, jangan membuatmu terlibat dengan Yujin!"

"Kenapa begitu?" Justru sebaliknya Chanyeol tidak akan menjauh dari Hyunjoo. Sejak pertama kali gadis itu menjadi murid baru, ia sudah terpikat. Entah, ada sesuatu yang berbeda di diri Hyunjoo, yang terus-menerus menariknya agar semakin mendekat.

Begitu sampai di kelas dan seluruh murid telah berganti seragam, Chanyeol memberikan minuman pada Hyunjoo. "Ini buatmu, tadi panas sekali."

Hyunjoo menerima sembari berterima kasih. Daera baru saja memasuki kelas, saat ini berada tepat di pintu masuk. Ia bertambah kesal melihat Chanyeol begitu perhatian. Ia yang terkena bola sampai hidungnya berdarah, tetapi Chanyeol sama sekali tidak peduli. Ia memutuskan pergi dari kelas, akan ke kelas Yujin saja.

Hyunjoo menjadi pusat perhatian, seluruh kelas memandang ke arahnya. Beberapa di antara mereka ada yang kasihan dan ada pula yang merasa iri. Chanyeol memang sering mengumbar pesonanya di hadapan para murid perempuan. Namun, tidak pernah melakukan hal lebih. Lelaki itu tidak sekali pun memberi minuman, atau menunjukkan sikap perhatian pada mereka yang mengaguminya.

~Tbc~

Letting GoHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin