Chapter 12

2 1 0
                                    

Hyunjoo berusaha memfokuskan pikiran, tetapi Chanyeol berteriak lagi membuatnya tertawa.

"Kau takut, Chanyeol?" bisik Hyunjoo.

Seketika Chanyeol melepas pelukan. Ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan gadis yang di sukainya, bukan? Chanyeol mengatur napas, ia memberanikan diri untuk berjalan mendahului Hyunjoo.

"Chanyeol, tunggu aku!" Hyunjoo berusaha tidak memikirkan kelebatan itu, lalu mempercepat langkah menyusul Chanyeol. Ia kesulitan mengimbangi langkah terburu-buru Chanyeol.

Tiba-tiba lelaki itu berhenti, ia tersadar akan tujuan awalnya. "Pegang tanganku, jangan takut lagi! Mereka hanya hantu jadi-jadian."

Chanyeol meletakkan kedua tangan Hyunjoo di lengannya. Lucu sekali, siapa yang ketakutan? Hyunjoo menahan tawa. Sesaat kemudian, ia tidak bisa menahan lebih lama lagi. Ia pun tertawa kekeh melihat tingkah lucu Chanyeol.

"Kau benar-benar lucu." Saat keduanya hendak melangkah, dua hantu menghampiri mereka. Chanyeol dan Hyunjoo berteriak, lalu lari terbirit-birit menuju pintu keluar. Di luar keduanya tertawa dengan masih berusaha mengatur napas masing-masing

~~~~

Ransel hanya tersampir di bahu kiri, lelaki kurus serta tinggi baru saja keluar dari mobil setelah pintu dibukakan oleh supir. Di telinganya terdapat earphone yang sedari tadi menemani perjalan menuju sekolah. Ia berdiri di sebelah mobil, mulai mengamati sekolah elit di depannya.

"Mari, saya antar!" kata supir.

"Tidak perlu." Lelaki itu mulai melangkah, ia menjadi pusat perhatian di balik kaca mata hitamnya. Ia sama sekali tidak merasa canggung ataupun aneh mengenai tatapan para gadis yang memandangnya.

"Choi Hyun Joo!" teriak salah satu murid gadis di koridor.

Hyunjoo menoleh ke sumber suara, selama ini tak ada murid lain yang menyapanya selain Chanyeol.

"Kau dicari guru Matematika."

Sepagi ini? Tidak biasanya guru Matematika mencarinya. "Terima kasih, aku akan ke kelas."

"Bu Jung sudah menunggumu," tambah gadis itu.

"Aku akan segera ke sana."

Aneh sekali gelagat gadis itu, lelaki yang masih menjadi pusat perhatian terus berjalan. Ia sempat melirik pada dua gadis di sampingnya. 'Bodoh,' umpatnya dalam hati.

Ia tidak akan ikut campur, lagian ia tak mengenal mereka. Ia hanya akan diam sampai dirinya lulus, tidak mau melibatkan diri dengan apa pun. Beberapa hari lalu ia mendaftar sebagai murid baru di DSS. Seharusnya ia masuk sekolah di hari Jum'at, tetapi karena masih ada keperluan ia memutuskan masuk di hari Senin. Kepala sekolah memberitahu jika dirinya berada di kelas 2-2.

Ia memasuki kelas mulai mencari bangku, hanya saja ia tidak tahu bangku mana yang masih kosong. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya pada salah satu murid gadis.

"Apa ada bangku yang masih kosong?" ucapnya sembari membuka kacamata hitam.

"Tidak a–da." Tampan sekali, mulut gadis itu menganga untuk sepersekian detik. Sadar jika dirinya bertingkah bodoh, ia lantas merapatkan mulutnya.

"Kalau begitu di mana tempat penyimpanan meja dan kursi?"

Si gadis menunjuk ke luar, di ujung lorong lalu belok kiri. Gudang ada tepat di belakang gedung. Ia juga tersipu malu, lebih tepatnya terpesona akan ketampanan lelaki di depannya. Lelaki itu berterima kasih, ia lantas menuju lorong yang ditunjuk oleh gadis tadi.

Di lain sisi ada yang menarik tangan Hyunjoo ke sisi gedung. Ketiga gadis itu membawanya menuju tempat peyimpanan barang di gedung belakang. Sesampai mereka di gudang, Yujin mendorong tubuh Hyunjoo.

"Apa yang ingin kalian lakukan?" tanya Hyunjoo.

"Tidak banyak, kami hanya ingin membuatmu jera." Yujin menatap penuh seringai, ia tidak sabar membuat Hyunjoo meminta ampun padanya.

"Jangan ada kekerasan!" kata Daera.

"Kenapa?" Nara mengerutkan dahi, tidak seru jika tidak ada kekerasan.

"Sebentar lagi bell sekolah, aku hanya tidak ingin mendapat masalah."

"Apa kau membenciku, Daera?" Hyunjoo meminta maaf, ia benar-benar tidak sengaja waktu itu. "Kanapa kau selalu mengabaikanku?"

"Aku tidak punya kepentingan apa pun denganmu." Daera menatap tajam, nadanya terdengar dingin di setiap kali berucap.

Di luar lelaki tadi mencuri dengar. Semula ia hendak membuka pintu, tetapi tertahan setelah ia mendengar suara di dalam penyimpanan.

"Kau hanya anak pemilik kedai di pinggiran?" Daera melempar beberapa berkas ke hadapan Hyunjoo. Di sana tertulis identitas Hyunjoo. "Bagaimana kau bisa memasuki DSS? Keluargaku hanya memberikan beasiswa pada lima murid saja dan tidak ada namamu di sana."

"Aku tidak tahu," jawab Hyunjoo.

"Wah, luar biasa, hanya seorang anak pemilik kedai tapi berpura-pura menjadi anak orang kaya." Nara menjambak rambut Hyunjoo. "Berani sekali kau merayu Chanyeol." Ia semakin menjambak membuat Hyunjoo merintih.

Hyunjoo tak pernah berpura-pura menjadi anak orang kaya. Ia bahkan pulang dan pergi menggunakan bus kota. Ia juga tidak pernah menunjukkan barang-barang mewah. Intinya Hyunjoo tahu kenapa ketiga gadis itu melakukan hal itu padanya. 'Karena Chanyeol?' Bukan Hyunjoo yang menggoda Chanyeol, lelaki itu sendiri yang terus menempel dan mengikutinya.

"Ayo, cepat kembali! Mata pelajaran di jam pertama di kelasku adalah Matematika." Daera tidak ingin terkena hukuman. Guru Jung memang terlihat biasa saja dengan segala kecintaannya terhadap Drama Korea. Namun, di balik itu, Guru Jung sosok yang disiplin dan tidak ada kata toleransi.

"Kita lihat seberapa lama kau berada di sekolah ini." Yujin kembali menyeringai, sungguh menarik sekali akhirnya ia memiliki permainan.

~Tbc~

Letting GoWhere stories live. Discover now