Chapter 3

8 3 0
                                    

Chanyeol mengacak-acak rambut, lalu merapikannya kembali. Di bawah, secara tidak sengaja kakinya menginjak botol kecil. Ia lantas membungkuk untuk mengambil botol tersebut.

Supir sudah menginjak gas, ia mengemudikan mobil tidak terlalu lambat dan tidak pula terlalu kencang. Kenapa Chanyeol tidak membawa mobil sendiri ke sekolah, seperti Sehun dan Baekhyun? Ia pernah mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu. Semenjak saat itu, ia tidak diizinkan mengendarai motor atau mengemudikan mobil lagi. Bahkan mobilnya juga sudah dijual oleh ibunya.

~~~~

Banyak mata memandang heran saat langkah kaki mulai memasuki koridor sekolah. Seorang gadis bersurai hitam sepunggung sedang berjalan di belakang kedua orang tuanya. Ia melirik sepintas pada gadis-gadis yang saat ini sibuk memperhatikannya. Mereka sedang berbisik-bisik, menaruh topik padanya.

Setelah sampai di ruang kepala sekolah, kedua orang tuanya pun memasuki ruangan. Jinhee meminta bantuan agar membimbing dan mengawasi putrinya selama di sekolah. Kepala sekolah berkepala botak itu mengatakan agar tidak perlu khawatir. Gadis itu akan aman selama di lingkungan sekolah. DSS terkenal dengan peraturan ketatnya dan tak satu pun murid berani melanggar.

Jinhee berterima kasih, ia lantas mengajak istrinya pergi. Sebelum pergi, Youngae mengelus lembut kepala putrinya. Ia mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Menjadi anak baru memanglah tidak mudah dan menyenangkan. Terlebih putrinya tidak mengenal seorang pun di sana.

Kepala sekolah mengantar gadis itu menuju kelas. Belum terlambat, kelas baru masih akan dimulai.

"Masuklah!"perintah kepala sekolah.

Gadis itu membungkuk, kemudian memasuki kelas.

"Perkenalkan namamu pada teman-temanmu!" titah guru pengajar wanita. Ia tersenyum membayangkan sesuatu. Rupa-rupanya, ia memiliki suatu rencana dan hal itu membuatnya tertawa geli.

Gadis itu membungkuk pada semua teman-teman barunya. Tidak ada satu pun murid mengalihkan pandangan, bahkan para murid perempuan juga dibuat kagum akan kecantikannya. Bibir tidak terlalu tebal, mata lebar, dan bersurai hitam sepunggung. Ia memiliki dagu yang tirus, kulitnya pun putih tanpa noda.

"Selamat pagi ... perkenalkan nama saya Choi-"

Brak!

Pintu kelas terbuka, sosok Chanyeol datang. Napasnya terengah-engah, ia berusaha mengaturnya sembari berdiri tepat di ambang pintu. Ia diam mematung, melamatkan tatapannya pada gadis di depan kelas.

Sesaat Hyunjoo memandang Chanyeol lalu melanjutkan perkenalan yang sempat tertunda. "Nama saya Choi Hyun Joo, senang bisa mengenal kalian. Saya harap kita bisa berteman dan mohon bantuannya."

Chanyeol belum juga melepas pandangan dari Hyunjoo. Ia melamatkan tatapan sampai dahinya berkerut. Hyunjoo mulai merasa aneh, gadis itu meliriknya.

"Park Chan Yeol!" tegur guru wali kelas, "cepat duduk!" Chanyeol terkejut yang juga menyadarkannya. "Hyunjoo, kau duduk bersama Kang Dae Ra."

Daera melipat kedua tangan, ia tidak begitu suka berbagi tempat duduk. Selama ini tak ada pula yang berani duduk di sebelahnya. Ia adalah gadis yang paling ditakuti di sekolah, tidak penting siapa dirinya yang jelas lebih baik menjauh saja. Berurusan dengannya sama saja dengan menggali kuburan untuk diri sendiri.

Hyunjoo mulai menduduki bangku, tiba-tiba saja seluruh murid mulai ribut mengenai bau mint yang saat ini mendominan di seantero kelas. Ia pun turut mencium aroma tersebut, tetapi memilih abai.

"Bau apa ini?" tanya salah satu murid. Mereka curiga jika bau itu berasal dari murid baru. Sebelumnya, mereka tak pernah mencium aroma mint.

Hyunjoo merasa tak nyaman, para murid berbisik-bisik juga sesekali melihat ke arahnya. Memang baunya tercium tajam di deretan bangkunya.

Sampai pada bell istirahat berbunyi, bangku yang diduduki oleh Daera dan Hyunjoo masih saja hening. Gadis itu tak mau repot-repot mengajak Daera mengobrol, bahkan mengajak berkenalan juga tidak. Bukan karena tahu siapa Daera, tetapi gadis itu memang pendiam.

Para murid dalam kelas juga masih tetap meributkan aroma parfum mint. Di bangkunya, Chanyeol mengelus tengkuk kepala. Ia memutar bola mata seolah tidak tahu apa-apa. Apa baunya aneh? batinnya.

"Hey anak baru!" sapa seorang murid perempuan berambut sebahu. "Bau parfummu tak biasa, aromanya mint kau dapat dari mana?"

Hyunjoo mendongak, perasaan parfum yang dikenakannya bukan mint.

"Aku suka baunya, aku ingin membeli juga. Jadi, beri tahu aku di mana kau membelinya?"

Chanyeol tersenyum geli, lalu membalikkan tubuh ke arah murid baru. Gadis yang duduk di belakang bangkunya itu mengerutkan dahi sembari menatap heran.

Bau parfum Mint yang saat ini sedang dibicarakan oleh para murid, berasal dari Chanyeol. Ya ... lelaki itu kehabisan parfum. Saat di mobil tadi ia menemukan obat batuk kadaluarsa milik supirnya. Semula ia tidak kepikiran menggunakan obat sebagai parfum. Namun, saat ia mencium orama obat tinggal sedikit itu, terbesitlah ide gilanya. Ia meminta air mineral, memasukkannya ke botol obat lalu mengocok-ngocoknya. Memang tak waras, bagaimana bisa ia menggunakan obat batuk sebagai parfum?

"Berhentilah tersenyum seperti orang bodoh, Park Chan Yeol!" celutuk Daera. Ia menajamkan tatapan, lalu mendengkus muak melihat tingkah Chanyeol.

"Maaf parfumku bukan mint," jelas Hyunjoo.

"Aku tahu," sela Daera dingin, ia memukul kepala Chanyeol agar segera mengatakan kebenaran. "Jangan mempersulit anak baru!"

"Ini parfumku, parfum baruku." Chanyeol melirik tajam pada Daera, lalu memasang senyum pada gadis di depannya. "Hei ... aku Chanyeol."

"Hyunjoo." Gadis itu membalas jabatan tangan Chanyeol. Lelaki di depannya itu sangat aneh. Ia tahu dengan aroma yang dibuat parfum oleh Chanyeol. Obat batuk? Dia membuat obat batuk sebagai parfum? Ia tak habis pikir dari mana datangnya ide gila itu? Ia lantas menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum simpul.

~Tbc~

Letting GoWhere stories live. Discover now