[ Prolog ] Airlangga Belva Devara

191 147 173
                                    

Ngejar? Kamu emang ditakdirkan dibelakang terus.

~Airlangga Belva Devara~

🍁🍁🍁

Jihan yakin jika hari ini adalah hari terpanas sepanjang hidupnya. Ia bahkan bisa mendengar jelas suara serangga yang lewat saking sepinya halaman sekolah. Tak heran, anak-anak lebih memilih berdiam diri didalam kelas ataupun membeli es di kantin bersama teman mereka.

Kecuali Jihan.

"Duhh ... Ini panasnya berasa di padang Mahsyar deh!" Jihan mengikat asal rambutnya kemudian mengipas-ngipaskan baju seragamnya, berharap gerahnya semakin berkurang.

Jihan menghela nafasnya saat melihat beberapa teman sekelasnya yang berlalu lalang didepannya. Ada yang menggandeng pacarnya, ada pula yang bersama temannya, dan hanya sedikit yang sendirian seperti dirinya. Terkadang, Jihan berpikir dua kali untuk kembali merasakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang bisa diajak berbagi apapun yang ada dipikirannya-setelah Ia mengingat apa yang terjadi pada kehidupan pertemanan dan sosial SMP nya dahulu.

"Ha ... Diagnosis waktu itu terlalu berlebihan nggak sih?" ucap Jihan bermonolog.

"Itu anak basket punya kulit cadangan apa gimana? Panas gini tapi mereka biasa aja." Tatapan heran sekaligus aneh, tak henti-hentinya Jihan layangkan pada segerombolan pemuda jangkung penantang Sang Surya itu.

Saat melihat pemuda-pemuda yang tertawa ria bersama teman-teman mereka, rasanya Jihan ingin memiliki satu yang seperti itu. Namun, memikirkan tentang apa yang akan terjadi bila Ia memiliki teman, membuat Jihan memilih sendiri. Sendiri. Kata itu mungkin dapat berarti menyenangkan ataupun menyebalkan bagi Jihan.

Dulu, Ibuk nyanyiin apa ya supaya gue berhenti ngeluh kalau panas atau dingin? pertanyaan itu terus berputar dibennak Jihan.

Sementara itu, disisi para atlet basket SMA Horoscope ...

Sambil men-dribble bola, Belva terus memperhatikan gadis yang menghantup-hantupkan kepalanya ke lutut berulang kali sambil bersenandung kecil. Sesekali gadis itu melambai pada seseorang dengan ceria, kemudian kembali berekspresi datar sambil mengeluh.

"Lah! Lah! Belva! Oper bolanya ke gue woy!" ucap seorang pemuda sembari melompat-lompat dan melambaikan tangannya setinggi mungkin.

"Gue bukan disana woy!" teriak salah seorang senior dari kelas sebelas, Kak Radika Afka Gamma, pada Belva yang memberikan isyarat 'piece'.

Tak perlu waktu lama, Belva berlari penghampiri bola jingga yang mengarah kedekat pohon dengan gadis yang sibuk bergumam sedari tadi.

"Rekam gambar dirimu yang terabadikan bertahun ... silam. Putra Putri sakit hati, Ayah Ibu sendiri, komitmen lama mati, hubungan yang menyepi ..." Penggalan lagu yang Jihan nyanyikan, tanpa sadar telah didengar oleh seseorang.

"... Wisata masa lalu, kau hanya merindu."

Bola telah ditangannya, namun pandangannya masih pada gadis itu.

Belva terhenti sejenak saat mendengar lantunan lagu gadis itu. Ia penasaran untuk melihat apa yang akan dilakukan gadis yang terlihat aneh karena duduk sendirian beralaskan rumput dibawah teriknya matahari ini.

MyBeWhere stories live. Discover now