5 || Doa'in

135 120 117
                                    

Tidak sebaik yang rumornya. Tapi semoga tidak seburuk gosipnya.

~Airlangga Belva Devara~

🍁🍁🍁

"Tumben terlambat..." celetuk Jihan yang berdiri sambil mengangkat satu kakinya, dan menjewer kedua telinganya ditengah lapangan basket. Sepertinya energi Jihan dipagi ini terlalu over.

"Lo juga terlambat, Han." Belva berdiri dengan posisi yang sama seperti Jihan. Dalang dibalik keterlambatannya, tak lain dan tak bukan karena begadang bersama teman-temannya kemarin hingga bangun pada pukul 08.30 pagi.

"Nggak apa-apa deh. Malunya dicicil bareng yang terlambat lainnya," lanjut Jihan yang tetap tidak dihiraukan Belva.

"Nggak ada sejarah malu dicicil," sahut Belva. Belva mendesah berat kala matahari makin naik ke atas. Teriknya sih tidak seberapa tapi malunya saat diperhatikan senior basket yang luar biasa.

"Jihan," panggi Belva dengan suara berat dan dinginnya.

"Lah, bisa ngemeng juga ternyata."

"Lihat wajah gue," titah Belva yang langsung diiyakan saat itu juga oleh Jihan. Jihan tidak akan menyia-nyiakan permintaan langka Belva dan ini juga merupakan kesempatan Jihan untuk menatap wajah ganteng Belva secara terang-terangan.

"Oke, Boss!"

Sekitar 5 detik Jihan menatap Belva penuh harap.

"Udah?" ulang Belva.

"Boleh dilamain nggak?" Jihan menutup sisi wajahnya kala Belva memelototinya sinis sambil mengigit bibir bawahnya—tanda bahwa Ia ingin sekali mengulek sifat menjengkelkan Jihan.

"Nggak," Belva menyibakkan rambutnya. "Gue gantengan nggak?"

Jihan melotot tidak percaya. Sepertinya benar ada yang tidak beres pada otak Belva sehingga Ia bersikap tidak seperti biasanya.

"Nggak! Lo ngga gantengan tapi tengil-an!" ucap Jihan tak yakin apakah benar ada kata 'tengilan'.

"Makanya, pagi-pagi jangan ngoceh non-stop. Lo berisik banget," Belva menurunkan kakinya dan melepaskan tangannya yang menjewer telinganya sendiri, lalu menatap serius ke arah Jihan. "Lo makannya apa sih?"

"Makan hati," jawab Jihan sambil memanyun-manyunkan mulutnya—mengikuti apa yang Belva katakan barusan. "Iya-iya gue diam, tapi Lo juga kembali normal aja. Agak ngeri kalau Lo tiba-tiba friendly ke Gue."

Belva heran. Kejadian kemarin, saat Belva bilang secara terang-terangan jika tidak akan membalas perasaan Jihan, harusnya cewek itu sedang galau, murung, dan meratapi nasibnya seperti yang cewek-cewek lain lalukan jika ditolak cowok. Tapi, cewek ini boro-boro galau, sedih dan malu saja tidak. Malah, sepertinya Jihan semakin semangat mengejar Belva. Belva curiga jika Jihan memikili hati dengan anti gores tempered glass rack.

"Ngingggg... Ngingggg... Gue nyamuk..." ucap Martinus.

"Baygonnya kaka... Baygonnya... Diskon khusus dari Mak comblang," tambah Joshua.

Jihan tertawa garing menanggapi teman-teman Belva karena sebenarnya Belva dan teman-temannya juga terlambat. Dilapangan ini, juga ada Mona dan Puput yang terlambat. Jadilah mereka ber-9 dihukum ditengah lapangan.

"Parah banget sih Jihan. Kita merasa jadi nyamuk," ujar Galang yang tiba-tiba duduk delosoran dilapangan tanpa takut ketahuan Pak Jaja.

"Eh By the way,"Riki mengelap peluhnya. "Coba aja ada yang nyeka keringat gue," kata Riki yang bermaksud mengode Mona.

MyBeWhere stories live. Discover now