12 || Usaha

9 11 0
                                    

Kalau ditanya kemajuan PDKT, kayaknya aku memang cuma jalan ditempat grak, setelah itu balik kanan bubar jalan deh

~Jihan Feiskha Aruna~

___________

"Ini gue pensi aja boleh ngga, bang?"


Seorang pemuda dengan celemek berlumur cat dan penampilan yang nyentrik menghampiri Jihan sambil memukul pelan kepala Jihan dengan kuas. "Jangan ngadi-ngadi. Gue smackdown mampus, Lo."

"Ya abisnya, udah tau gue digital art, lo pada malah nyuruh gue bantuin pameran tradisional art. Sengklek lo, Bang." Jihan sedikit terhempas saat bahunya didorong dengan lutut Kak Radi ketika Ia duduk di sebuah pot pohon. "Diem Lo Bang, betmut gue."

"Lo tau nggak?" Kak Radi duduk membelakangi Jihan.

"Yang Lo tunggu itu cuma pasir yang makin Lo genggam erat makin berkurang."

"Nggak gue genggam juga pasirnya udah ketiup angin, Bang."

***


Belva bergegas turun dari tangga sambil memakai jaket kulit hitamnya.

Bahkan, pemuda itu masih menggigit sikat giginya dan baru sadar saat akan mengenakan helmnya. "Alah bego banget sih!"

Ia tahu ini sudah berganti hari, bahkan sudah sangat terlambat. Namun tidak ada salahnya mencoba lagi kan?

"Semoga Jihan ada."

Setelah perjalanan penuh kecepatan itu, ahirnya ia sampai.

Dipandangi oleh Belva, pintu kost pastel dengan beberapa gantungan baju yang tertata rapi ditempatnya. Dari luar saja, bau parfum ini sudah sangat familiar hingga membuat Belva bingung, apa gadis itu terlalu nyaman dengan bau parfum itu?

Untuk bisa mengetahui letak kost sederhana ini, Belva sampai susah-susah kembali rumah Riki untuk menanyai alamat Mona dam menanyakan alamat kost gadis yang Ia cari.

Masih termenung didepan pintu dengan tangan kanan yang membawa sebuah buku, Belva berharap dirinya tidak keceplosan mengeluarkan kata-kata baku. Seorang pemuda, yang berada di kost khusus putri, membuat Belva dilirik habis-habisan oleh penghuni kost lain—padahal Belva sudah izin dan hanya berani melihat dari balik pagar pembatas kecil.

Enaknya salam gimana? Pikir hati Belva yang seolah menjadi  blank dan eror. "Sore Bu..."

Eh?

"Astaga..." Belva mengusap kasar wajahnya. Pasalnya, bisa-bisanya Ia mengucap 'Selamat sore' di pagi hari dan memanggil Jihan 'Bu'.

"Nak bontot anak bontot. Sini main sama tante."

Secepatnya Belva menatap wanita yang mengajaknya mengobrol. Yah, itu wanita kemarin, siapa lagi kalau bukan Florania Bastarta, dalang yang memberitahu alamat Jihan saat ini. Dalam perjalanan kesini pun Belva berpikir alasan Ia menemui Jihan namun tak kunjung ketemu alasan yang tepat hingga ... Ia mendapat pesan dari Joshua bahwa tiket pertandingan basket sudah mulai membuka PO.

MyBeWhere stories live. Discover now