13 || Itu Bening

11 12 1
                                    

Air mata itu bening, jawaban lebaynya sih karena rasa sakit yang kita alami tidak akan terihat dan dirasakan oleh orang lain
~Jihan Feiskha Aruna~

Iya tapi sebenernya karena itu air makanya bening, kalau pink berarti susu strawberry.

Diem Lo Mona!

🍁🍁🍁

"Lo beneran nggak pa-pa?" Belva menyodorkan botol air minum miliknya yang ia sengaja bawa dari rumah. Botol itu berwarna hitam dan biru dibagian tutupnya.

"Diminum, jangan dilihatin doang."

Mereka duduk dibawah pohon Libo yang senantiasa sepi kecuali jika anak-anak Rakisma berkumpul disana. Soalnya, hanya anak-anak Rakisma yang berani nongkrong bareng di pohon Libo.

"Ish, mau ngasih minum jangan setengah-setengah dong. Kasih jus kek, apa kek," Jihan mengambil botol minum Belva sambil cengengesan.

"Oh ya, jaket Rakisma lo mau gue kembaliin tapi lupa mulu!" Jihan memukul kepalanya. "Emang bener kata lo waktu itu, gue pikun."

B

elva mengarahkan leher botol yang sudah terbuka kemulut Jihan dan memaksa cewek itu meneguk air didalamnya. Walaupun Belva lakukan dengan lembut dan hati-hati, tapi ekspresi Jihan seperti seorang bocah yang diberi racun oleh om-om pedo.

Belva mengarahkan tangan kanan Jihan untuk memegang botol minumnya sendiri. "Kapan-kapan aja balikinnya. Lagian lo seneng kan bisa nyimpen jaket gue."

Jihan mengusap bekas air yang ada dibibirnya.

"Tapi nggak enak juga sih."

"Maksud lo jaket gue bau?" tanya Belva dengan suara menusuk.

"Wah ya nggak! Belva mah wangi banget! Parfum mahal, holang kaya, sekali semprot tapi tahan sebulan," Jihan menutupi matanya dengan tangan. "Dan gue dengan PDnya nyuci jaket lo pake Molto."

"Nggak salah nyuci pake Molto."

"Kamunya kalau nyuci pakai detergen mahal. Apa daya aku yang kalau detergen habis, terpaksa pakai sabun B29," Jihan sambil meringis miris dengan hidupnya sendiri.

"Gue kalau nyuci sepatu pake B29,"

Jihan melotot tidak percaya.

Pasalnya, sepatu yang belakangan ini sedang Belva pakai, ialah sepatu Adidas hitam keluaran terbaru yang harganya mungkin setara dengan seluruh baju yang ada dilemari Jihan. Bisa kalian bayangkan bukan, seberapa banyak setelan yang dimiliki seorang cewek?

"Iya, tapi B29 keluaran Jepang." Jihan tertawa garing namun, Belva tidak tertawa sama sekali dan malah menatap serius.

"Kenapa?"

"Lo nggak pa-pa?"

"Eh? Emangnya gue kudu gimana?"

"Gue tau rasanya nggak punya orang tua itu gimana."

Perlahan, pandangan cowok itu mulai sendu dan kehilangan semangatnya.

Jihan tahu betul. Belva tinggal sendirian dirumahnya yang besar itu dan hanya ditemani oleh seorang pembantu dan seorang tukang kebun dirumahnya.

"Tapi kamu perempuan! Gue nggak apa-apa tapi lo ..."

"Gue khawatir kalau sewaktu-waktu lo ada dititik terendah, Lo sendirian. Semoga nggak pernah."

MyBeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang