14 || Belva Yang Lain

8 10 1
                                    

Kalau otak menolak secara logika, maka hati akan selalu menunjukkan kebenaran secara ajaib dari alam bawah sadar yang bukan dari logika maupun pemikiran
~Airlangga Belva Devara~

🍁🍁🍁

Jihan menendang-nendang batu yang ada dihalaman sekolah. Ia tidak ada semangat untuk sekedar berucap 'Selamat Pagi' pada Mas Bro yang sedang mengelap gerbang sekolah.

"Hoi! Datang juga lo!"

Jihan mendongak. Matanya terbelalak kaget saat melihat cewek yang membawa buku bersampul batik, pulpen kelinci berwarna pink, dan tongkat yang mirip tongkat satpam. Cewek itu menatap nyalang Jihan, lalu mulai mengambil ancang-ancang untuk mengejar Jihan.

Namanya Yana Adinda Asih, bendahara kelas XII MIPA-1 yang terkenal dengan kebrutalannya saat menagih uang kas.

"Jihan! Jangan kabur lo setelah nunggak tiga minggu!" teriak Yana dari lorong kelas.

Tanpa menunggu, Jihan langsung kabur setelah Yana hendak menghampirinya. Tapi, Yana sudah hafal betul tempat persembunyian Jihan karena Yana telah menghabiskan waktu sebulan untuk menyelidiki kemana Jihan bersembunyi ketika waktu pembayaran kas.

"Minggir!" Jihan menggeser Joshua yang baru saja datang. Disamping Joshua, da Jendrik dan Belva namun sepertinya Jihan tidak melihatnya.

"Ebuset! Kenapa tuh si Jih—"

"Minggir lo jelek!" Yana ikut mendorong Joshua hingga Joshua terhempas ke paving lapangan.

"Kenapa tuh?" tanya Jendrik pada Joshua.

"Yana brutal," Joshua dibantu berdiri oleh Jendrik. "Pagi-pagi udah kena sial aja."

"Yana, Jihan, hari Rabu," Joshua terkekeh. "Gue yakin kalau Jihan nunggak uang kas."

"Lah kalau itu mah udah biasa. Siapa juga yang mau bayar kas," Jendrik berkomentar. Siapa sih yang rela uang jajannya yang pas-pasan disisihkan 3 ribu rupiah?

Jihan sekarang sedang bersembunyi disamping ranjang UKS. Ini adalah tempat persembunyian teramannya sejak kelas X dulu. Tidak ada yang pernah mencari kesini karena kebanyakan mereka tidak menyukai bau obat.

"Khe khe khe ... Padahal UKS AC nya kayak di kutub Utara," Jihan terkekeh meratapi kebodohan teman-temannya. Namun, saat ia terkekeh, ia merasakan seperti ada yang mengawasinya dari ranjang.

"B-A-Y-A-R."

Jihan langsung berteriak kaget saat Yana sudah memegang tangannya. Tatapannya melotot seperti orang kerasukan.

"Yaelah, baru nunggak tiga minggu, cuma sembilan ribu!"

"Ya kalau cuma, lo bayar sekarang dong!" Yana mengambil dompet yang Jihan selalu simpan ditasnya. Dari dompet Berwarna putih itu, Yana mengambil uang berwarna ungu.

"Hehe... Cuma ada itu," cengir Jihan.

"Yaudah lunas," kata Yana sambil mengembalikan dompet Jihan. "Seribunya gue ambil aja ya? Itung-itung minggu depan lo bayarnya dua ribu aja."

Yana pun keluar dari UKS.

"Itu pun kalau lo nggak nunggak lagi."

Jihan ikut keluar. Ia mengcengkram erat-erat tas biru toscanya sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai hingga membuat seisi lorong menatapnya.

Paginya benar-benar buruk. Uangnya tinggal 10 ribu dan sekarang raib begitu saja. Nanti dikantin ia makan apa? Pulangnya tidak bisa naik angkot karena uangnya habis. Ia juga tidak bisa melupakan kejadian kemarin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MyBeWhere stories live. Discover now