Chapter 6

3.5K 764 120
                                    

"Cara yang paling mudah untuk tahu apakah kita cocok dengan orang tersebut atau tidak adalah ketika kita merasa lupa waktu," Marmut Merah Jambu, Raditya Dika.

🌿

"Nih, kamar lo. Kamar gue ada di lantai atas. Kalau ada perlu apa-apa panggil aja gue."

Evan menunjukkan kamar Hani. Ia membantu Hani membawakan kopernya.

"Makasih ya, Bang."

Hani mengambil alih koper yang dibawa Evan. Ia agak sedikit kecewa karena kamarnya berbeda lantai dengan kamar Evan.

"Ntar lo berangkat bareng gue sama Ivy aja."

Hani kaget mendengar fakta bahwa Ivy juga tinggal di flat yang sama.

"Ivy? Dia tinggal di sini juga?" tanya Hani.

"Iya, satu lantai sama gue."

Evan berkata santai, tapi tidak dengan Hani. Ia terkejut sekaligus merasa iri dengan keberuntungan Ivy.

"Dia satu lantai sama Abang?"

Evan merasa heran dengan ekspresi Hani yang menurutnya berlebihan.

"Kenapa lo? Kaget amat?"

"Eh, nggak papa."

Hani segera membenahi ekspresinya, ia tak mau membuat Evan takut padanya. Merasa sudah cukup melakukan tugasnya, Evan pun undur diri.

"Ya udah, gue balik ke kamar, ya? Jangan lupa kalau mau tidur kunci dulu pintunya," pesan Evan sebelum pergi ke kamarnya.

🌿

Malamnya Hani tidak bisa tidur, ia membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur.

"Laper, nih. Beli makanan, deh."

Hani segera menyambar cardigan dan dompet miliknya kemudian ia bergegas pergi ke swalayan yang berada di seberang flatnya.

"Ngapain lo di sini?"

Suara seseorang membuat Hani menghentikan aktifitasnya memilih es krim. Ternyata orang tersebut adalah Axel yang juga sedang berbelanja di swalayan ini.

"Lo yang ngapain? Emang ini swalayan punya nenek moyang lo?" jawab Hani ketus.

"Daleman lo abis, ya?"

Hani melirik belanjaan di keranjang Axel yang isinya celana dalam dan beberapa bungkus mi instan.

"Kotor semua, kenapa? Lo mau jadi tenaga sukarela buat nyuciin daleman gue?" ujar Axel santai.

"Jorok banget, sih! Mau lo gaji sepuluh juta juga gue nggak bakal mau."

Hani meninggalkan Axel dan pergi ke meja kasir. Axel mengikuti di belakangnya. Ia mencolek pundak Hani, seraya menunjuk ke depan.

"Kalau gue gaji pake kinderjoy lo mau?"

"Gelo!"

🌿

"Sekarang lo tinggal di sini?"

Axel mengikuti Hani yang sedang berjalan di depannya. Hani merasa risih karena merasa dikuntit oleh Axel.

"Iya, emang kenapa? Flat ini punya moyang lo juga?" tanya Hani jutek.

Axel tak menjawab, malah terus meneruskan kegiatannya menguntit Hani.

"Ngapain lo ngikutin gue? Gue nggak nyuruh lo mampir, ya!"

Hani menghentikan langkahnya. Axel ikut berhenti juga.

Pacar Magang (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora