Chapter 32

2.3K 427 13
                                    

"Eh, Mama!" sapa Evan pada Hani.

"Mama?" ujar Hani keheranan.

'Masa iya mata Bang Evan udah mulai siwer? Apa muka gue yang udah kayak tante-tante?' pikir Hani.

"Bang, gue bukan Tante Rika. Emang muka gue mirip sama tante Rika? Apa iya kita ini sebenernya saudara yang tertukar?" ujar Hani absurd.

Evan keheranan dan pasang muka cengo mendengar pertanyaan Hani.

"Ngomong apa sih, gue?" Hani menampar mulutnya sendiri.

"Nih, bawain tas aku. Suami pulang kerja bukannya disambut!" ujar Evan seraya menyerahkan tas kerjanya kepada Hani.

Hani menerima tas kerja Evan dengan bingung. Mengapa pula ia harus menyambut Evan saat pulang kerja.

'Suami? Bang Evan kenapa, sih? Jangan-jangan  dia menghalu jadi laki gue? Gak nyangka gue, gara-gara lamarannya gue tolak dia jadi setres begini,' Hani bermonolog di dalam hati.

Tiba-tiba Evan memasuki ruangan di samping parkiran. Hani panik dan segera mengikutinya.

"Eh, Bang! Itu mushola," cegah Hani.

"Kirain rumah kita," jawab Evan sembari duduk di teras mushola.

Hani mendekati Evan yang wajahnya tampak kemerahan. Ia ingin memeriksa dahi Evan, panas atau tidak. Tapi ia segan melakukannya.

"Emang beneran ini orang setres gara-gara gue? Bikin gue ngerasa bersalah aja. Mana masih muda," gumam Hani.

"Ih, bau sanitizer! Eh, bukan, bau alkohol nih, jangan- jangan ...."

Hani menjauhi Evan. Ia sadar orang yang mabuk itu kehilangan kesadarannya. Kalau tiba-tiba Evan mengamuk bagaimana?

"Abang abis minum, ya?" tanya Hani siaga.

"Dikit."

"Kalau nggak biasa minum, kenapa minum? Lagian dosa tau, haram! Kalau tante Rika tau pasti Abang diomelin," nasihat Hani.

"Dikit aja, tadi diajak bos besar. Buat menghargai aja, nggak enak kalau nolak," terang Evan. Kemudian ia malah tiduran di ubin musholah.

"Eh, Bang! Jangan tidur di situ!" cegah Hani. Tapi terlambat, Evan sudah tertidur dengan pulas.

"Lah, dia malah molor di situ! Mau gue tinggalin kasian," Hani menggaruk kepalanya yang tidak kutuan.

"Gue mesti ngapain, nih?"

Hani melongok ke dalam pos satpam di samping musholah. Ia bermaksud meminta tolong kepada Pak Satpam untuk mengantar Evan ke kamarnya.

Kosong ....

"Kebiasaan nih, Pak Udin. Pasti dia pergi nongkrong ke warkop janda sebelah. Bukannya jagain pos. Makan gaji buta aja!" Omel Hani.

"Apa gue panggil Bang Axel aja, ya?" Hani bersiap mengambil ponselnya di saku celana pendeknya.

"Jangan, deh! Gue 'kan lagi perang dingin sama dia," Hani membatalkan niatnya untuk menghubungi Axel.

"Gue telpon Bang Tora aja, deh." Hani bersiap menghubungi Tora.

"Kemana sih itu orang? Giliran penting aja nggak diangkat," Hani mengeluh karena Tora mengabaikan teleponnya.

"Lagian tumben si Medusa nggak ngintilin Bang Evan? Biasanya udah kayak dayang aja. Mana gue nggak tau nomor ponselnya!" gerutu Hani.

"Bang! Bangun, ntar lo masuk angin."

Hani mencoba membangunkan Evan menggunakan kemoceng yang tergantung di dinding musholah. Hani menggelitik hidung Evan.

Pacar Magang (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora