Bab 24 Asing

141 28 4
                                    

Kamu mungkin bisa membohongi semua orang, tapi tidak dengan perasaanmu.

***

"Bos besar sekarang benar-benar menjadi bos besar."

"Apa aku terlihat tampan?"

"Sangat tampan."

Lily tersenyum saat melihat interaksi kedua orang tuanya. Setelah semalam ia meminta pada 'Om Bram' untuk mengizinkan ayahnya memegang alih perusahaan, akhirnya ia bisa melihat kebahagiaan ini. Gadis itu meneruskan langkahnya yang sempat terhenti pada anak tangga terakhir ketika mendengar interaksi tersebut.

"Khmmm, apa Lily mengganggu?"

"Tentu tidak, Princess," jawab ayahnya cepat dan segera menarik kursi untuknya.

"Ayo makan!" ucap bundanya, kemudian mereka memulai sarapan dengan keheningan.

"Ly!"

"Iya, Mas."

"Iya, Yah."

Lily beradu pandang dengan sang bunda ketika menyahuti ucapan ayahnya secara bersamaan, kemudian mereka tertawa saat menyadari jika panggilan itu dikarenakan nama yang hampir sama.

"Ayah kan memanggilmu Princess, panggilan 'Ly' itu untuk bunda kamu."

Lily tersenyum seraya mengangguk mengerti mendengar penjelasan sang ayah. Ia mungkin terlalu memikirkan Lian yang sangat sering memanggilnya 'Ly' dengan suara cowoknya yang khas. Perlahan gadis itu mulai larut dalam angannya dan tak menghiraukan perbincangan kedua orang tuanya.

"Princess! Lily!"

"Eh?"

"Kok melamun? Dimakan! Nanti telat loh," tegur sang ayah membuat Lily mengangguk kikuk.

***

"Hati-hati, Yah!"

Lily melambai ke arah ayahnya lalu berbalik menghadap sekolah yang terlihat sepi. Mungkin karena hari ini adalah hari pertama ajaran baru, maka tak heran beberapa siswa masih merasa malas untuk belajar.

Ia mengayun langkahnya memasuki gedung sekolah. Sesekali mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja ia menatap parkiran sekolah yang terlihat sepi.

"Gue harus ke Bunda dulu."

"Gue anterin, habis itu kita ke tempat yang gue maksud kemarin."

"Lian—"

"Gue janji cuma nunggu di depan gerbang."

"Tapi gue harus pulang dulu ke rumah buat siapin makanan untuk Bunda."

"Gue anterin!"

Lily tersenyum lirih kala ingatan saat Lian memaksa mengantarnya menjenguk sang bunda terlintas di benaknya. Ia memegang dadanya yang tiba-tiba saja terasa nyeri, bahkan ia mulai merasakan pening yang teramat dan pada akhirnya semua menjadi gelap, ia jatuh pingsan.

Philophobia✓ [Sudah Terbit]Место, где живут истории. Откройте их для себя