7. Namanya Mati

20 2 0
                                    

oke, sip. aku akan up rutin sekitar 3-5 hari sekali, tapi dengan 500-1000 kata. doakan aku bisa tahan dengan tantangan ini :)

***

Azalea membuka matanya dalam satu entakan. Tatapannya datar, seolah tidak ada 'Azalea' lagi di dalam tubuhnya. Dia tidak tahu dia ada di mana, dan apa yang dia lakukan. Badannya seolah dikendalikan sesuatu, sehingga dia hanya diam di tempat. Anehnya, dia merasa baik-baik saja. Dia tidak merasa perlu untuk tidak menurut pada sesuatu yang mengendalikan tubuhnya.

Dia sangat baik-baik saja.

Di hadapannya muncul sebuah gambaran kejadian-kejadian yang sangat asing di matanya. Namun dia tidak terkejut, seolah ini adalah hal yang sudah pernah dilihatnya.

Layar itu menunjukkan gambaran yang seolah hanya fiksi belaka. Dunia yang benar-benar hancur. Mayat-mayat manusia tergeletak di tanah. Anak-anak meraung seraya menangis sesegukan. Pohon-pohon hancur tak berbentuk. Air laut bergejolak tanpa ampun.

Azalea ... mendadak tahu apa yang tengah terjadi di layar itu.

Terdapat sosok lelaki yang tengah mengambang di sana, mengenakan pakaian yang tampak asing di matanya. Badannya yang tidak terikat gravitasi itu bergetar hebat. Air matanya terus berjatuhan tanpa memedulikan tatapan kengerian yang dilemparkan padanya.

Azalea tahu dengan cukup jelas apa yang terjadi di sana.

Bibir sosok itu terus melirihkan satu nama. Berulang-ulang. Selalu saat dia merenggut nyawa penduduk dengan air mata mengalir dari matanya. Berulang-ulang. Tanpa memedulikan raungan keputusasaan anak-anak yang kehilangan orang tuanya. Berulang-ulang. Hingga kebencian meluap-luap tanpa bisa dikendalikan. Berulang-ulang ..., hingga dia terbangun dari sisi gelap hatinya.

Earna, pujaan hatinya.

***

"Ah, um, halo?" ucap sosok berjubah itu ragu-ragu seraya melambaikan tangannya ke arah Azalea yang memandangnya dengan tatapan kosong.

Seperti raga hidup tanpa jiwa.

Bibirnya dia gigit kuat-kuat, menyesali apa yang baru saja dia katakan tadi. Dia tidak tahu sosok ini mengetahui tentang hal itu atau tidak. Kalau ternyata sosok ini belum mengetahui apa-apa, dia ... bisa saja tengah menghancurkan hidup damai sosok ini--yang sepertinya memang tengah ia lakukan.

Lebih baik sosok ini tidak tahu apa-apa.

Namun, dia jelas-jelas melihat bahwa sosok itu tengah tenggelam dengan kehampaan, sama seperti dirinya dulu.

Cepat-cepat dia menepuk bahu sosok itu, berharap adik dari sosok bermata biru kehijauan itu terbebas dari sosok itu. Namun nahas, Azalea tak kunjung tersadar. Batinnya terus berharap-harap cemas. Berharap agar sosok ini cepat tersadar,

sebelum kejadian mengerikan terjadi.

Dia segera berlari ke arah kakaknya dan Arsa yang tengah mendebatkan sesuatu, meninggalkan Azalea sendirian. Dia cukup yakin tidak akan terjadi kekacauan, karena kondisi Azalea berbeda dengan dirinya dulu. Sosok itu, Azalea, tidak kunjung bergerak dan tidak kunjung tersadar. Berbeda dengan dirinya dan kakaknya yang secara tidak sadar membawa kehancuran, hampir dengan tangan mereka sendiri.

"Kak ..., Kak."

"Ah, Eera. Ada apa?" balas Yasa setelah berpaling dari Arsa yang sedari tadi terus menagih janji dan mengancamnya tanpa ampun. Sedangkan Arsa hanya menatap sosok itu datar, tidak tertarik.

Sekelam AngkasaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora