Bab 16

45.8K 5.4K 167
                                    

Raksa terdiam mendengar pertanyaan dari Husain.

"Jadi, Lo setelah ketemu, rasa penasaran Lo hilang dan akan serius?

Kalimat itu terus-menerus berputar di kepalanya. Raksa sendiri, meskipun sudah berusaha keras mencari jawaban, tetap tak menemukan.

Apakah rasa penasarannya hilang?
Raksa rasa, malah semakin bertambah. Ia penasaran dengan pribadi perempuan itu yang terkesan cuek mengabaikan 'nya. Sudah Raksa bilang 'kan, baru kali ini ia bertemu seorang wanita yang dengan jelas tak menyukainya bahkan terkesan membenci. Apakah pesona gue udah benar-benar hilang? Batinnya berteriak tak terima.

Mengenai keseriusan. Raksa rasa, meskipun dia ingin langsung serius, hambatan kedepan akan sangat sulit, jika objek keseriusannya saja, nampak tak tertarik dengannya. Sudah pasti ia akan mendapat penolakan. Sungguh miris dirinya, pesona seorang Antaraksa seperti hilang begitu saja. Boro-boro akan menuju tahap serius, tahu nama panjangnya saja tidak. Bahkan akun Instagram Raksa, yang mem-follow ketika menghubungi beberapa Minggu lalu, belum mendapatkan konfirmasi dari pemilik akun. Raksa merutuki akun gadis itu yang di privasi.

"Jadi?" Pertanyaan menuntut dari Fadel menyadarkan Raksa kembali ke kenyataan.

"Jadii?" Raksa mengulangi pertanyaan Fadel, otaknya seakan blank tak bisa berpikir jernih.

"Lo mikirin apa, sih?" Kesal mereka bertiga. "Pertanyaan Bang Husain aja belum Lo jawab." Fadel yang sedari tadi penasaran, mendadak ikut emosi.

"Gue nggak tahu." Akhirnya Raksa menyerah, mengakui kebimbangan hatinya.

"Mana Lebel Playboy Lo dulu? mecahin hati masalah satu cewe aja, Lo nggak bisa." Ejek Fadel.

"Gue jadi ragu, Lo beneran cowok atau bukan." Selidik Fadel. Lalu ia meringis karena mendapat pukulan keras di kepalanya. "Main tangan udah kayak kdrt aja Lo."

Raksa tak membalas perkataan Fadel, jika diladeni tidak akan mendapat ujung, temannya itu, akan semakin senang jika dirinya terbawa emosi.

"Kenapa nggak serius aja, Lan?" Ezhar menyuarakan pendapat, setelah sejak tadi diam menyaksikan perdebatan 2 lelaki dihadapannya.

"Bener tuh Lan," Husain menyetujui. "Usia Lo nggak cocok buat main-main, masa Lo naklukin anak kuliahan aja nggak bisa." Ucapnya diselingi kekehan.

"Lo nggak liat sih Bang, muka dia waktu natap gue aja sarat akan benci. Apalagi dia malah ngira gue pacaran sama si Amara. Gimana mau serius." Akhirnya ia mengakui kekalahannya, persetan dengan ejekan sahabatnya itu.

Fadel yang baru saja akan menyemburkan tawanya, langsung di tahan oleh Husain, jika lelaki itu kembali mengejek Raksa, masalah ini tidak akan menemukan titik terang.
Fadel akhirnya menurut, meskipun tubuhnya terus saja bergetar menahan tawa.

"Lo nggak ngajak ngomong baik-baik, gitu?" Heran Ezhar, terkejut juga ada yang mengabaikan seorang Antaraksa. Biasanya meskipun orang itu tidak mengagumi sosok Raksa, tetap akan meladeni berbicara. Raksa mempunyai daya tarik tersendiri.

"Ya, gue emang ngomong baik-baik Bang, tapi setiap gue ngomong langsung dipatahin gitu, dan jangan lupakan tatapan sinis sirat akan bencinya. Buat gue jadi takut sendiri." Raksa mengungkapkan curahan hati yang seminggu ini menghantuinya.

"Lo juga sih.. kebanyakan cewek." Fadel masih terus membuat Raksa kesal.

Raksa yang tak terima langsung protes. "Kebanyakan cewek dari mana. Akun-akun gosip aja yang edan, kehabisan bahan untuk di jadiin gosip, makanya bawa-bawa nama gue, sampe mantan, temen, di ungkit semua." Kesal Raksa.

"Emang Lo abis ngapain dia? Atau melakukan kesalahan yang buat dia nggak suka gitu?" Husain ikut heran setelah mendengar cerita Raksa yang diabaikan oleh seorang wanita, tak biasanya.

Centang Biru ✔️Where stories live. Discover now