EPILOG : MAKE IT RIGHT

1.5K 137 33
                                    


2 tahun kemudian....


Suasana Rumah sakit siang itu hiruk pikuk dengan semua kesibukannya. Sesosok pria menerjang masuk melewati pintu putar dan berlari dengan panik melewati lobi. Ia menanyakan ruangan UGD dan langsung melesat kearah yang ditunjukkan perawat.

Pria itu adalah Park Jimin.

Ketika dilihatnya seseorang yang ia kenal berdiri di salah satu bilik dengan gorden tertutup, Jimin segera memburunya.

"Yerim-aah!"

Gadis lebih muda yang dipanggil Yerim itu menoleh, "Ah, oppa."

Jimin segera berada di dekat Yerim. Tatapannya terpancang pada gorden yang tertutup, "Bagaimana... Apa.... Kenapa..." Tanyanya tergagap.

"Tenang Oppa, Unnie sudah diperiksa. Kita tunggu dokter dulu."

Tidak bisa. Jimin tidak bisa tenang, "Apa yang terjadi?" Tanyanya.

"Unnie memang mengeluh sakit perut sejak pagi. Tapi itu ia bilang karena belum sarapan. Tapi kemudian sepertinya sakitnya makin hebat dan Unnie pingsan. Aku segera menelpon ambulan sebelum menelpon Oppa." Jelas Yerim.

"Terimakasih Yerim-aah." Jimin mengusap wajahnya. Masih belum bisa meunurunkan tingkat paniknya, "kenapa lama sekali." Gerutunya.

Ponsel Jimin berdering. Ia menjauh sedikit sementara matanya masih terpaku pada gorden. Menunggu pergerakan. Tangan kirinya mengangkat telepon tapa melihat lagi.

"Hallo."

"Apa yang terjadi?" Suara Min Yoongi.

"Seulgi di bawa ke rumah sakit. Aku belum tau kenapa karena dokter belum selesai memeriksa."

"Tenanglah dulu." Bahkan dari seberang telepon, Yoongi bisa mendeteksi kepanikan Jimin, "Kau perlu aku disana?"

"Tidak. Belum. Aku bersama Yerim. Aku akan menghubungimu jika sudah ada kabar."

"Aku akan mengabari Taehyung. Aku akan kesana segera setelah jam kantor usai. Tenanglah Jimin-aah."

"Ya." Gorden tersibak, "Hyung kututup dulu." Jimin menutup teleponnya lalu memburu dokter yang baru selesai itu. Dilihatnya Seulgi tengah memejamkan mata. Wajahnya pucat. Selang infus menempel di tangannya.

"Apa yang terjadi dokter? Kenapa Seulgi?" Kejar Jimin. Yerim berada di sisinya.

"Anda keluarganya?" Tanya dokter.

"Saya..." Jimin membenci saat saat seperti ini. Saat dimana ia ragu menyebutkan siapa dirinya bagi Seulgi, "Ya."

Dokter terlihat ragu. Tapi kepanikan yang nyata di wajah Jimin membuatnya meneruskan ucapannya, "Pasien menderita radang usus buntu. Hasil pemeriksaan akan memberi hasil lebih akurat tetapi dari gejala dan tanda tandanya, saya sudah yakin. Operasi harus segera di lakukan. Anda bisa menghubungi bagian informasi untuk detail lebih lanjut. Sekarang pasien sudah diberi analgetik sementara sampai anda sudah setuju untuk operasi. Sebaiknya tidak terlalu lama."

"Baik saya akan segera mengurusnya."

"Cobalah untuk tenang dahulu. Pasien kini baik baik saja. Saya permisi." Sang dokter menepuk bahu Jimin lalu beranjak.

"Terimakasih." Yerim membungkukkan badannya. Sementara Jimin masih blank.

"Jimin-aah?"

Jimin segera menghampiri ranjang Seulgi, "Kau bangun? Ada yang sakit?" Tanyanya meraih tangan Seulgi. Berhati hati dengan selang infus nya.

TOXIC LOVE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang