Bab 2: Tidak Bisa Dihindari

1.5K 275 15
                                    

Sementara ini dulu, masih masa-masa UTS pusing kepalanya xixi.

.

.

.

.

“Taehyun,” panggil seorang wanita. Masuk ke dalam kamar sembari membawa nampan. Dia adalah ibu Taehyun. “Taehyun?” dia tidak melihat puteranya sama sekali.

Sebut saja dia nyonya Kang. Wanita itu meletakkan hidangan yang berada di dalam nampan ke atas meja nakas. “Dia di mana?” gumamnya. Nyonya Kang memutuskan untuk melangkah mendekat saat melihat pintu balkon terbuka. “Taehyun? Kau ternyata di sini. Ibu sudah menyiap—“ dahi wanita itu mengerut. Kenapa Taehyun tidak menyahutnya sejak tadi? Dia menyentuh bahu puteranya. “Taehyun?”

“Ah!” lelaki yang sejak tadi melamun itu pun terkejut. “Ibu?”

“Kenapa kau melamun? Apa ada masalah?”

Taehyun tersenyum. Dia meraih tangan ibunya yang berada di atas bahunya. “Tidak. Aku tidak punya masalah. Ibu tenang saja.”

“Tapi kenapa melamun? Ibu memanggilmu sejak tadi.”

“Maafkan aku,” sesal Taehyun.

Nyonya Kang membuang napas pelan. “Tidak apa-apa. Masuklah, ibu membawa hidangan kecil untukmu.”

Taehyun mengangguk setelah itu ibunya pergi dari hadapannya. Taehyun menoleh. Dia memerhatikan pintu balkon di seberang sana. Dia tidak salah lihat, itu Beomgyu. Orang yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

**

Beomgyu bangun saat hari sudah gelap. Dia benar-benar kelelahan.

“Apa paman belum pulang, Bi?” tanyanya saat berada di meja makan.

“Pamanmu hari ini lembur. Apa telur dadarnya asin? Bibi ceroboh, menggoreng sambil mengaduk tepung kue.” Haruka duduk di seberang Beomgyu.

“Tidak terlalu. Ini enak. Terima kasih.”

“Makan yang banyak. Besok kau ada orientasi?”

“Iya.”

“Bibi harap kau bisa mendapat nilai bagus. Jepang dengan Korea tidak beda jauh kan?”

“Iya.” Beomgyu bukan tidak ingin membalas bibinya dengan kalimat yang lebih panjang. Dia hanya sedang lapar dan harus fokus mengunyah makanan di dalam mulutnya.

“Oh iya, bibi hampir lupa.”

Beomgyu mendongak melihat bibinya tersenyum. “Ada apa?”

“Satu bulan lalu pemilik rumah seberang juga memutuskan untuk kembali tinggal di Jepang. Setelah suaminya meninggal, dia kembali ke sini.”

“Memangnya mereka tinggal di mana sebelum di Jepang?” Beomgyu menghentikan makannya.

“Di Korea. Sebenarnya anaknya ingin tetap tinggal di Korea dan kuliah di sana. Tapi melihat ibunya terus bersedih, dia memutuskan untuk mengikuti keinginan ibunya tinggal di Jepang. Korea akan terus mengingatkan ibunya pada ayahnya.”

“Lalu ... anaknya kuliah di mana?” Beomgyu menunggu dengan cemas.

“Belum, dia sama sepertimu. Besok dia juga ada orientasi di kampus barumu. Sapa dia kalau kau bertemu dengannya nanti.”

“Aku kan tidak tahu wajahnya,” lirih Beomgyu kembali menyendok makanan.

“Nanti kau pasti tahu.”

My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang